sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

25 December 2011

Sang Pembunuh, bernama Cinta

Malam ini dalam perjalanan ke Jakarta, aku bertemu dengan seorang wanita yang namanya lupa... maaf ya mbak, lupaaaa... hehehe
Kami duduk bersebelahan dan dalam kurang lebih 3,5 jam kami ngobrol dan sisanya tidur

Kurang tahu tepatnya mulai dari mana, tiba-tiba si Mbak (aku panggil Mbak aja dech...) cerita tentang dirinya. Siapa dirinya, mau kemana, kenapa dan bagaimana dirinya.. turut sedih juga mendengarnya
Ujung-ujungnya masalahnya adalah "cinta"

Cinta memang aneh, saat dia datang bisa mendatangkan gembira, bahagia, sedih, luka dan bahkan mungkin kematian. Namun tetap begitu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, cinta sangat dirindukan kehadirannya.

Balik lagi ke si Mbak, rupanya cinta bukan hanya melukai dia.. namun cinta telah mencabik dan mengkoyak serta bahkan menghancurkannya. Dan dia sekarang berupaya untuk bangkit, tetap semangat ya Mbak... dan saya do'akan yang Mbak cita-citakan akhirnya akan tercapai dan diberikan kemudahan dalam mencapainya.

Cinta telah membunuh cintanya kepada keluarganya, karena hubungannya tidak disetujui keluarganya dan akhirnya dia atas persetujuan Pakdhe-nya menikah dengan orang yang dicintainya. Dan sekarang dia telah sadar yang dia lakukan salah, semua terlambat namun masih ada kesempatan untuk meminta maaf

Cinta telah membunuh cintanya kepada sahabat terdekatnya waktu SMA, karena cinta dia lupa dan menjadi buta atas apa yang diperingatkan oleh sahabatnya. Sehingga mereka jadi berselisih paham dan menjadi jauh.

Cinta telah membunuh cita-citanya, karena rasa percaya dan yakin akan cintanya dia rela menanggalkan cita-cita dan keinginannya.

Cinta telah membunuh pribadinya, karena rasa kepercayaan terhadap orang yang dicintainya dia pasrahkan dirinya sepenuhnya dan dia gantungkan renda-renda cintanya kepada orang yang dicintainya

Cinta telah membunuh cintanya, saat cinta orang yang dicintainya terenggut oleh sahabat yang baru dia kenal setelah dia menikah.

Apakah salah dengan cinta? Yang pasti cinta tidak salah Mbak.. jangan takut untuk bangkit dan buka semua yang baru lagi.

Buka kembali lembaran-lembaran yang sempat Mbak lipat dan simpan dengan rapi
Buka kembali pintu-pintu yang tadinya sempat Mbak tutup dan mungkin terkunci untuk Mbak, datang dan bukalah dengan hati Mbak.. dengan keikhlasan (katakan salah dan benar sesuai wujudnya)

Bangkitkan kembali cita-cita yang telah terkubur, gali dengan hati dan rengkuh dengan semangat
Bangkitkan kembali mimpi-mimpi yang telah terserap oleh waktu, peras dan jaring kembali dengan nafas yang masih setia mengiringi Mbak

Percayalah bahwa kegagalan ini akan menjadikan Mbak seorang wanita yang mulia
Jagalah keyakinan itu dan jangan coba kianati atau gadaikan keyakinan itu



22 December 2011

Tentukan Nilai baru Target

Tentukan nilaimu terlebih dahulu, baru pasang targetmu.. Kenapa? itulah pertanyaan spontan yang aku lontarkan saat pertama mendengar kalimat itu

Kenapa harus nilai dulu? Kenapa bukan target? Dan kenapa harus ada nilai sebelum ada target?

Sering kali kita sering salah langkah, dengan menentukan target terlebih dahulu tanpa kita tahu kenapa kita harus pasang target tersebut. 
Dan ujung-ujungnya sering kita dengar :
"gagal lagi dech... targetnya lepas"
"sepertinya targetnya terlalu jauh yaa... gak mungkin dech tercapai"
"target sudah ditangan, tetap saja tidak tercapai"
Bahkan mungkin makian "bangsat, target sialan... selalu gak kepegang"

Kenapa target itu tidak tercapai? Karena kita tidak fokus
Kenapa tidak fokus? Karena kita tidak tahu tujuannya... bagaimana, kenapa dan kemana kita capai target tersebut
Kenapa tidak tahu tujuannya? Karena kita tidak tahu di posisi mana kita akan berdiri

Maksudnya posisi?
Posisi atau sama dengan kedudukan atau juga disebut dengan penempatan atau bisa juga kita sebut dengan rangking dan ketemu-ketemunya adalah sebuah angka. Dan angka itu bukanlah target, tapi sebuah nilai.

Contoh :
  1. Pada saat kita sekolah : setiap pelajar pasti targetnya adalah lulus, syarat dari lulus adalah memiliki nilai yang sesuai dengan standard kelulusan. Seandainya kita mau lebih, misalnya lulus dengan predikat terbaik, berarti kita harus punya nilai yang paling tinggi
  2. Pada saat kita ingin menikah : sebelum kita bisa menikah, kita harus memposisikan diri sebagai insan yang matang, dewasa dan siap dengan keterikatan. Sehingga setiap orang yang melihat kita akan menilai bahwa diri kita sudah layak memiliki pasangan hidup dan layak dijadikan pasangan hidup
  3. Di sebuah perusahaan : setiap perusahaan pasti ingin keuntungan dan dimana di era persaingan yang sangat ketat untuk menentukan keuntungan harus berani memposisikan diri akan berdiri dimana. Jadi sebelum memasang target keuntungan atau target penjualan, sebuah perusahaan harus melihat dulu posisi perusahaan terbesar di bidang usaha yang sama dan baru menentukan nilainya. Misal perusahaan tersebut menentukan nilainya sebagai perusahaan no. 2 atau bisa jadi akan menguasai 45% pasar, dari sana perusahaan itu baru bisa menentukan targetnya.
Dengan menentukan nilai kita, kita bisa menjadi insan yang matang, dewasa dan tenang. Karena kita memiliki motivasi, rencana, jalan keluar dan tujuan yang sudah jelas, yang mungkin belum tentu lawan kita memilikinya.
Dengan punya nilai, kita bisa menentukan langkah kita 2-5 langkah lebih kedepan dibandingkan pesaing kita.
Dengan memiliki nilai pesaing kita akan segan kepada kita, karena langkah kita pasti lebih tak terduga dan sulit diikuti.

Tentukan nilai diri kita, baru tentukan target kita

19 December 2011

Telanjanglah!!!

"Capek!! Capek aku An..", itulah kalimat yang terucap dari sahabatku

Iya.. dan pasti akan capek bila kita berpakaian yang sebenarnya bukan pakaian yang semestinya kita gunakan.
Karena pakaian yang kita gunakan adalah cerminan pribadi dan diri kita
Karena pakaian yang kita gunakan juga merupakan prestasi
Karena pakaian yang kita gunakan pulalah yang menjadi tolok ukur penempatan diri kita

Lalu apa yang terjadi bila kita salah dalam berpakaian?
Kita akan menjadi pribadi yang lain
Kita akan menjadi orang bodoh di antara orang idiot
Kita akan menjadi orang pintar di antara orang jenius
Kita akan menjadi orang yang tersesat di dalam suatu ruangan dan terjebak
Ujung-ujungnya... Capek

Sahabatku, hanya satu yang bisa aku bilang lepaskanlah pakaianmu dan telanjanglah
Telanjanglah dan perlihatkan dirimu yang sebenarnya
Telanjanglah dan jadilah dirimu sendiri
Jangan malu dalam ketelanjanganmu

Biarkan semua orang menengok melihat dirimu yang telanjang
Biarkan orang menghujat melihat dirimu yang telanjang
Biarkan juga orang-orang menghampiri ketelanjanganmu
Karena pasti akan ada orang yang akan membantumu menutupi ketelanjanganmu
Karena pasti akan ada pribadi yang menghampiri dan menutupi kekurangan dari dirimu
Karena pasti akan ada ruh yang memperindah hatimu

Sahabatku, tatkala Sang Khaliq meniupkan roh ke dalam rahim Hawa yang diberkati
Telah termaktub dalam kitab Sunnahtullah, dimana kita akan bertasbih diantara Sang Khaliq
dan keagungan-Nya. Serta kita akan telanjang diantara Sang Khaliq dan keabadian-Nya

Telanjanglah sahabatku..
Bukalah jubahmu..
Tunjukkan pada mereka siapa dirimu..
Insya Allah kemenangan akan datang dengan eloknya


14 December 2011

Kumerindu dan Membeku

Ini adalah malam kesekian aku berlarut dalam kerinduan pada Kekasih-ku, aku kumpulkan puisi kesunyian dan aku senandungkan lagu rindu yang memuja Kekasih-ku

Dalam keterpakuan, aku berjalan menyusuri gulitanya hati dan kulewati bilik-bilik kosong.
Dalam keterpakuan, aku melihat rumah-rumah terbakar habis
Dalam keterpakuan, sendiri aku terus berjalan dan pasti akan menyenangkan saat kita telah berjalan jauh tersesat dan tiba-tiba menemukan jalan pulang
Jalan pulang dan kembali bisa kupeluk Kekasih-ku

Dalam keheningan, kutemukan sebuah kotak hitam yang di dalamnya seperti lubang hitam nan dalam. 
Menyembunyikan cerita-cerita yang tidak mungkin kita ceritakan

Hatikupun merasa mati
Seiring matinya temaram bulan, terasa sepi
Sepi dan tak lagi bicara, terhenti menyusuri lorong sunyi
Iyaa... sunyi senyap 
Dan perlahan sepi itu membahana di setiap sudut, hingga wajahku terbiaskan oleh air selokan yang keruh dan hitam

Masih dalam keterpakuan, tak terasa kakiku melangkah di tepi peristirahatan
Tempat istirahat terakhir, saat waktu kita telah terhenti
Kuamati nisan-nisan itu, nampak tua, rapuh dan menyedihkan
Inilah tempat kita berakhir kelak

Kutengadahkan kepala ke langit
Kutatap bulan sabit , kulihat dia tertawa angkuh
Seolah dia mengejekku tanpa ragu
dan kenanganpun tiada lagi arti

Kulihat bintang dilangit, menunjukkan sinar keindahannya
Kuhitung bintang yang gemerlap agar sunyiku hilang
Namun tetap tak berujung lelap
Meninggalkan tanya yang tak berujung

Bulan masih bersinar terang dengan angkuhnya
Terselip sabit dibalik punggungnya
Menikam harapan
Menghunjam mimpi
Dan mencabik hati

Yang kudengar teriakan-teriakan tak tertata
Berteriak di segala arah, menyerang relung-relung nadiku
Kututup telinga, kututup mata, kututup hati dan kututup diriku
Namun badai begitu kencang menerpa kesendirianku
Menjatuhkan mimpi-mimpi dan harapan
Melemparkanku jauh tanpa arti

Kuterdiam dan terpekur dalam kerinduan
Kerinduanku pada Kekasih-ku
Kerinduan yang membuatku membeku dalam sunyi

Sudah waktunya aku tarik batas jelas dimana aku akan berdiri
Agar tidak semakin terbenam dan terlarut dalam kesunyian
Kesunyian dari kerinduan yang membekukan hatiku

Senandung keagungan, kesucian, ke-tunggal-an Kekasih-ku
Dan senandung syukur serta keikhlasan akan cintaku kepada-Nya

07 December 2011

Berat atau Ringan

Berat atau ringan adalah sebuah pilihan, pilihan bagaimana kita menjalani dan menempatkan diri kita di perjalanan kehidupan kita. Bagaimana kita mencatatkan sesuatu untuk diri kita, sebagai apa, sebagai siapa, dimana, kapan dan ke arah mana, hanya kita masing-masing yang tahu.

Bahkan lingkunganpun hanya merupakan sebagian kecil dari diri kita dan yang paling bisa menentukan hanya kita sendiri, karena semua akan tertoreh dan terbentuk sesuai keinginan kita. Apakah yang kita hadapi berat atau ringan adalah buah dari pemikiran kita sendiri.

Ada kalimat bijak yang bisa membuat aku terus berdiri dan berlari meskipun gunung ditaruh dipundakku dan lobang besar dihadapanku, yaitu "berilah target beban pada dirimu seberat mungkin, carilah solusi untuk mencapainya seringan mungkin"

Pernah juga aku mendengarkan ucapan temanku, pada saat kami merencanakan target tahun depan, "hanya orang bodoh yang merencanakan target yang realistis untuk dicapai, karena target memang bukan untuk dicapai tapi untuk di kejar dan di jangkau dengan usaha". Dan inipun kembali kami bertiga membuktikan, alhamdulillah target tahun depan yang tidak realistis bagi kami (500% dari target realistis) sudah pasti akan kami capai di bulan ke-5 tahun 2012 sekitar 63%. Yang artinya dari target realistis kami, kami telah mencapai 315%

Mari kita tetapkan dihati kita, bahwa di dunia ini tidak ada yang berat. Berat atau ringan semua tergantung dari diri kita sendiri, karena Allah SWT tidak akan memberikan beban ke umatnya bilamana umatnya tidak bisa menghadapi beban ataupun cobaan tersebut.

03 December 2011

Dirimu adalah Kumpulan Hari

Udara pagi di rumah peristirahatan terasa sangat segar, bunga kamboja beraneka warna bermekaran indah. Daun dan bunganya basah oleh embun pagi yang berkilau terkena sinar mentari pagi.

Suasana yg menyenangkan dan menyegarkan, kerinduan yang terbayar tuntas. Kerinduan akan kedamaian, ketenangan dan ketentraman hati serta pikiran.

Aki Lindung tiba-tiba berdiri disampingku dan menegurku, "Lagi ngelamunin apa An??" setengah terkejut ditengah kelenaanku kepada alam,"Ah, enggak ngelamunin apa-apa Ki.."

"Hahaha.. cerita aja sama Aki, gk usah sungkan", kata Aki Lindung sok tahu.
"Emang gk ada apa-apa kok ki.. tapi omong-omong boleh nanya sesuatu gak Ki??" sahutku sekenanya ngikutin kemauan Akii Lindung agar tidak terlalu kecewa.

"Ki, makin kesini aku merasakan udara semakin pengap dan gampang banget aku terpancing dengan lingkungan yang semakin berisik, kenapa ya Ki?"

"Hahaha, itu jawabannya mudah saja An", sahut Aki Lindung sambil menghela nafas sebentar
"Kamu lihat bunga Mawar itu, dari dia jadi kuncup sampai dengan bergugurannya helai demi helai bunganya dan akhirnya layu menghitam.. itulah faktor waktu atau sering kita sebut umur"

Dimana semakin tua usia kita, maka rasa penat dan jenuh terus menghinggapi perasaan kita. Untuk itu kita harus selalu me-refresh otak kita agar tidak ikut tergerus oleh waktu, dengan selalu gali dan cari semua hal baru yang bisa membuat otak kita lebih bergairah. Yang secara pasti akan mempengaruhi aura dan tubuh kita untuk selalu segar dan sehat.

Ada perkataan Sufyan Ats Tsauri, " Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian dari harimu berlalu, maka hilanglah seluruh dirimu (baca mati) dan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu beramallah"

Bila dilihat dari kalimat diatas, sebenarnya kita mengetahui bahwa usia kita makin hari makin berkurang di dunia ini dan tubuh kita makin renta digerus oleh waktu. Oleh karena itu gunakanlah setiap waktu yang kita lewatin dengan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi diri kita dan lingkungan sekitar kita. Maka itu akan membuat kita selalu merasa berguna dan merasa bergairah dalam menjalani sisa kehidupan kita, sehingga badan kita akan selalu merasa segar dan perasaan serta hati kita selalu merasa lapang dan ringan.

Hihihi... senangnya lihat muka Aki Lindung yang serius dan bersemangat bercerita.
Rona dan senyumnya yang selalu membuat aku kangen untuk bisa tinggal di rumahnya, mendengarkan semua cerita dan keluh kesahnya. Kami selalu berbagi cerita kehidupan dan bagaimana menghadapi hidup, saling mengingatkan apa yang kami lupa.

29 November 2011

Menikmati Saat-Saat Kita ’Merasa’ Dijadikan Sebagai Bumper - DK

“$#!^!, gua melulu yang dijadikan bumper!” Ini adalah umpatan yang cukup sering kita dengar. Rupanya banyak juga ya orang yang ‘merasa’ dirinya dijadikan sebagai bumper bagi kepentingan pihak lain. Selama ini, saya tidak benar-benar memahami makna umpatan itu. Tetapi tadi malam, saya mendapatkan ‘penjelasan’ yang terang benderang. Saya dalam perjalanan pulang dari sebuah sesi training di Bandung ketika di kilometer 66 tol Cikampek mobil di depan saya mengerem mendadak. Dia melakukan itu karena truck raksasa didepannya mengerem mendadak. Dan saya yakin, truck itu mengerem mendadak karena kendaraan didepannya juga mengerem mendadak. Semua mobil yang kompak mengerem mendadak didepan saya itu selamat dari hantaman mobil dibelakangnya. Sayang, mobil saya ditabrak oleh mobil lain di belakang saya. Benturan keras itu menimbulkan kerusakan berat di bumper belakang mobil saya.

Sekarang, saya mulai bisa memahami apa yang dirasakan oleh mereka yang ‘merasa’ dirinya dijadikan sebagai bumper. Mereka ‘merasa’ dirinya harus menanggung resiko dan kesulitan untuk melindungi orang atau pihak lain. Boleh jadi sebenarnya saya juga pernah diposisikan seperti itu. Mungkin, Anda juga demikian. Kita semua sama-sama pernah berada pada posisi sebagai bumper itu. Bedanya, ada orang yang ‘merasa’ dan ada yang ‘tidak merasa’. Oleh sebab itu, kita perlu belajar untuk menikmatinya. Jika tidak, maka kita akan ‘merasa’ sangat tersiksa. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menikmati saat-saat menjadi bumper; saya ajak untuk memulainya dengan merenungkan 5 pemahaman Natural Intelligence berikut ini:

1. Ikhlas menerima peran yang memang seharusnya kita mainkan.

Saya memandang bumper mobil itu dengan perasaan sayang. Apa yang akan dia katakan seandainya bisa bicara? Apakah dia akan mengeluhkan perannya? “Mengapa aku yang harus menanggung sakit ini, sedangkan jok kulit itu enak-enakan bertengger di ruang ber-AC!” Setelah mengerahkan seluruh daya imajinasi yang saya miliki, saya menyimpulkan bahwa sang bumper tidak mengeluh seperti itu. Bersama baut, roda, tuas transmisi, pedal gas, lampu, serta semua komponen pembentuk mobil itu dia telah memahami perannya masing-masing. Mereka faham apa yang menjadi bagian tanggungjawabnya, serta resiko yang harus dipikulnya. Maka ketika resiko itu terjadi, mereka tidak mengeluhkannya sama sekali. Pedal gas tidak pernah mengeluh sekalipun diinjak-injak. Roda tidak kesal karena harus terus berlari sepanjang perjalanan yang tanpa henti. Mesin tidak mengomel sekalipun selalu berada pada tempat yang paling panas. Dan bumper itu? Menerima dengan ikhlas ketika perannya sedang sangat dibutuhkan. Malam itu, saya mendapatkan pelajaran bahwa setiap orang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Selama kita ikhlas menerima peran itu, maka kita akan dapat menikmatinya.

2. Setiap peran dan tindakan pasti ada perhitungannya.

Pagi-pagi sekali, saya mendatangi bumper itu. Lalu mengelusnya dengan lembut, dan saya katakan;”Terimakasih, kamu telah menyelamatkan jiwa kami….” Itulah ‘reward’ terbaik yang bisa saya berikan. Tidak lebih. Karena bahkan bengkel pun tidak akan bisa mengembalikan bentuknya. Selesai sudah perjalanan hidupnya. Manusia, jauh lebih beruntung daripada benda-benda. Karena setelah ‘selesai’ menunaikan tugasnya, setiap insan akan memasuki ‘dunia baru’ dimana disana setiap peran dan tindakan yang kita mainkan diperhitungkan. Orang-orang yang telah secara ikhlas memainkan peran dan tanggunjawabnya pasti akan mendapatkan pahala yang memuaskan. Sedangkan mereka yang menggerutu atau melarikan diri dari tanggungjawabnya pasti akan ditanya;”mengapa kamu begitu?”. Dunia hanyalah sekedar persinggahan bagi kita. Disini, kita hanya sekedar berhenti sebentar untuk mengumpulkan cukup bekal. Agar di kehidupan berikutnya, kita bisa tinggal dengan nyaman dan menyenangkan.

3. Periksa apakah Anda sudah berada posisi yang seharusnya.

Ikhlas, tidak sama artinya dengan selalu menerima apapun yang ditimpakan kepada kita. Ikhlas berarti bertanggungjawab penuh terhadap fungsi dan peran yang sepatutnya kita mainkan. Dan ikhlas, juga berarti menempatkan segala sesuatu pada posisi dan proporsinya masing-masing. Saya membayangkan jika bumper itu ditukar posisinya dengan stir pengendali kemudi. Atau sebaliknya. Tentu mobil itu tidak lagi bisa berfungsi. Begitu juga halnya kita. Jika fungsi dan peran kita adalah sebagai bumper, maka tidak fair jika kita iri pada fungsi orang lain yang kita pandang ‘lebih enak’. Tetapi, jika peran kita sebagai baut, namun difungsikan sebagai bumper; maka kita berhak untuk menolak. Bukan menolak karena kita tidak menyukainya, melainkan karena fungsi kita tidak akan pernah optimal jika diposisikan tidak pada tempatnya. Maka jika Anda masih ‘merasa’ sering dijadikan sebagai bumper, ada baiknya juga untuk melihat dimana sebenarnya posisi Anda. Jika memang itulah posisi Anda, maka ikhlasnya Anda berarti menerima kenyataan bahwa memang Anda adalah bumper. Jika posisi Anda bukan bumper, maka ikhlas bagi Anda adalah untuk mengingatkan ‘sang pemilik mobil’ bahwa Anda bisa berkontribusi optimal pada tempat dimana Anda seharusnya berada.

4. Memasang penyerap guncangan bagi jiwa kita.

Makna harafiah dari kata ‘bumper’ adalah ‘shock absorber’. Merenungkan makna ini saya menjadi ingat tentang betapa banyaknya hal yang bisa membuat jiwa kita shock. Kabar yang tidak kita inginkan, perlakukan yang mengecewakan, kehilangan sesuatu yang kita sayangi; adalah beberapa contoh peristiwa yang bisa mengguncangkan jiwa kita. Ada orang yang sedemikian terguncangnya hingga kehilangan akal sehat. Ada yang terus tenggelam dalam guncangan itu hingga tidak lagi memiliki semangat. Namun, ada pula orang-orang yang setelah diterpa berbagai persoalan; tetap tangguh dan tegar. Apa yang membedakannya? Mereka yang tegar itu memiliki penyerap guncangan bagi jiwanya. Mereka memasang jenis penyerap guncangan yang paling bisa diandalkan. Tahukah Anda apakah gerangan itu? Brand terbaik untuk bumper depan adalah ‘sabar’. Sedangkan bumper belakang yang paling handal adalah ‘tawakal’. Hanya dengan dua jenis ‘shock absorber itulah kita bisa menjaga agar jiwa kita tetap terlindung dari pengaruh buruk yang menyesakkan.

5. Kita dilindungi oleh bumper yang tangguh dan tidak pernah lengah.

Fungsi utama sebuah bumper adalah untuk melindungi mobil dari kerusakan dan resiko yang membahayakan. Maka sebuah bumper harus sanggup melindunginya sepanjang waktu tanpa sedetikpun lengah. Sayangnya, bumper mobil itu memiliki kelemahan, yaitu; kekuatannya yang terbatas. Selain dia sendiri bisa hancur, mungkin ada bagian body mobil lainnya yang tidak terlindung. Kita semua sungguh sangat beruntung karena memiliki pelindung yang selain sangat kuat, juga tidak pernah sedetikpun berhenti menjaga kita. Masih ingatkah Anda siapa pelindung kita itu? Dia adalah Dzat yang tidak pernah tidur. Dia adalah sang pemilik segala kekuatan. Dan Dia, adalah sang pemilik hidup dan mati setiap mahluk. Mobil kesayangan Anda, mungkin menggunakan bumper tambahan yang selain berfungsi sebagai penguat, juga menjadi asesoris penghias yang indah. Kepada diri sendiri, bersediakah kita untuk menjadikan Dia yang maha pelindung sebagai penjaga dan penghias hidup kita?

Setiap detik dalam hidup kita adalah kombinasi agung dari resiko dan kesempatan. Setiap detik dalam hidup kita adalah kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan. Tetapi, pada detik yang sama juga tersimpan kemungkinan kesedihan, bahkan kematian. Bisakah kita memohon keselamatan dan kebahagiaan selain kepada Tuhan? Dengan kata lain; Adakah pelindung yang lebih baik selain Allah? Tidak. Dialah Tuhan yang hanya satu. Dan satu-satunya yang bisa menjawab doa-doa kita. Dan Dialah satu-satunya yang layak kita sembah. Dialah sebaik-baiknya pelindung; dalam setiap detak detik-detik, yang kita lalui. Yuk, kita berserah diri hanya kepadaNya saja…..

Bermimpilah!! Maka Kita Ada

Segala sesuatu yang dihasilkan adalah berawal dari sebuah mimpi, meskipun itu mustahil. Dan mimpi yang saya maksudkan disini bukanlah mimpi dikala kita tidur, yang sering kita sebut "bunga tidur".

Mimpi yang saya maksud disini adalah sebuah impian atau cita-cita yang akan kita capai, dan kenapa saya lebih memilih kata-kata mimpi? karena cita-cita adalah sesuatu yang lebih realistis dari sebuah mimpi.

Bila kita pernah mengutarakan sebuah mimpi, maka akan banyak komentar positif ataupun negatif akan mimpi kita. Mungkin juga akan ada yang bilang, "Hei bangun, orang kerjanya mimpi melulu" ataupun lebih kasar lagi ada yang bilang, "Kerja aja tidak becus, kok pake mimpi yang selangit"

Terlepas dari banyaknya komentar miring tentang sebuah mimpi, berapa banyak mimpi yang mustahil menjadi kenyataan? bahkan mungkin sekarang gak terhitung, contoh :
  1. Wright bersaudara yang mewujudkan mimpinya pertama kali bisa terbang, dengan menemukan pesawat terbang
  2. Thomas A Edison yang berhasil menemukan listrik dan lampu pijar, serta menerangi bumi pertama kalinya pada malam hari
  3. John Lodie Baird, yang berhasil memunculkan wajahnya di sebuah tabung dan sering kita sebut televisi
Dan banyak lagi mimpi-mimpi yang mustahil menjadi kenyataan dan kita nikmati manfaatnya sampai sekarang

Marilah kita bermimpi, bermimpilah setinggi mungkin dan jangan takut akan gagal, karena kegagalan adalah keberhasilan kita. Kita telah berhasil berusaha untuk mewujudkan mimpi kita, karena segagal-gagalnya seorang pemimpi hasilnya selalu lebih tinggi dari cita-citanya

Bermimpilah! Bermimpilah!! Bermimpilah!!!
Maka aku, kamu, kalian, kita semua ini ada

23 November 2011

Menulis Diatas Kertas Kehidupan Kita - DK

Saya meyakini bahwa setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci. “Jiwanya bersih laksana selembar kertas putih,” demikian guru kehidupan saya mengajarkan. Setiap tindakan yang dilakukannya menjadi tanggungjawab orang tuanya hingga dia mencapai usia akil baligh. Jelas sekali jika orang tua hanya berperan dalam proses ‘persiapansaja. Sedangkan setelah seorang anak akil baligh, maka semua tindak tanduk dan perilakukanya menjadi tanggungjawab dirinya sendiri.

Setiap orang memiliki buku catatan amalnya masing-masing yang akan menjadi laporan akhir ketika hari berbangkit tiba kelak. Lembaran-lembarannya merupakan dokumentasi semua perbuatan. Oleh sebab itu, menjalani hidup tidak ubahnya dengan menulis diatas kertas kehidupan itu sendiri. Suatu ketika saya membuka kotak penyimpanan dokumen-dokumen lama yang sudah disimpan selama bertahun-tahun. Didalam kotak itu saya menemukan berbagai macam catatan, termasuk surat cinta, kartu lucu-lucu, puisi-puisi yang saya tulis, dan berbagai pernak-pernik lainnya. Ketika membacanya kembali, saya berkali-kali bergumam; apa iya saya pernah menulis kalimat ini? Tetapi saya tidak bisa mengelak karena kertas itu berisi tulisan tangan sendiri.

Nasib kita kira-kira akan sama di hari kebangkitan kelak, kita dihadapkan kepada buku besar berisi catatan perjalanan kehidupan. Jika catatan itu baik, maka kita akan senang. Namun, jika catatan itu buruk, kita bertanya; ‘benarkah saya sudah melakukan hal itu?”

Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menulis dalam kertas kehidupan, saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
  1. Nilai selembar kertas ditentukan oleh catatan yang tertulis didalamnya. Bayangkan Anda memiliki 4 lembar kertas berukuran A4 yang masing-masing Anda beli seharga 100 rupiah. Satu lembar digunakan oleh Barrack Obama untuk menuliskan memo tentang skema pembayaran utang Amerika. Satu lembar diambil Bill Gates untuk menuliskan memo hadiah 1 milyar dollar bagi siapa saja yang membawa kertas itu ke akuntannya. Satu lembar lagi digunakan bajak laut karibia untuk menggambarkan peta penyimpanan harta karunnya. Lembar terakhir Anda simpan utuh dalam sebuah kotak kayu didalam gudang. Sekarang, apakah ke 4 lembar kertas itu nilainya tetap sama? Tidak. Karena diatas masing-masing kertas itu sekarang sudah tertera catatan penting yang menentukan ‘nilai sebenarnya dari kertas itu. Berapa nilai kertas yang Anda biarkan kosong? Hidup kita juga sama. Tuhan menciptakan semua orang dengan nilai yang sama. Namun saat kita kembali menghadap kepadaNya, nilai itu sudah tidak sama lagi. Karena nilai akhir hidup kita, ditentukan oleh catatan yang tertulis dalam buku kehidupan masing-masing.
  2. Menyadari setiap goresan tinta dalam kertas kehidupan. Jika Anda berkunjung ke ruang bayi di rumah bersalin, cobalah perhatikan wajah bayi itu satu demi satu. Bukankah semua bayi itu lucu dan menggemaskan? Anda tidak perlu mengenal siapa orang tua mereka untuk menyukai sosoknya. Karena bayi adalah mahluk suci putih bersih laksana selembar kertas utuh ke-4 yang masih Anda simpan itu. Saya dan Anda, dulu persis seperti bayi-bayi itu. Jiwa kita bersih. Namun kita sering tergoda untuk melakukan tindakan dan perilaku yang dikendalikan oleh hawa nafsu, sehingga kita sering tidak mempertimbangkan konsekuensi tindakan yang kita lakukan. Padahal setiap tindakan kita pada hakekatnya merupakan goresan-goresan pena dalam lembaran-lembaran kertas kehidupan kita. Sungguh rugi jika kita terlalu banyak menggoreskan tinta keburukan. Dan kita diliputi oleh keberuntungan yang dijanjikan oleh para Nabi, jika kita mengisi kertas itu dengan pena yang menuliskan jejak-jejak kebaikan dalam perjalanan hidup kita. Setidak-tidaknya, kita bisa mengusahakan agar lebih banyak catatan baik daripada yang buruk.
  3. Kita tidak bisa menyangkal tulisan yang pernah dibuat. Dalam kotak dokumen lama itu saya menemukan sebuah puisi yang sungguh indah. Siapakah gerangan yang menuliskan puisi ini? Sulit untuk mempercayai jika puisi itu saya sendiri yang menulisnya. Puisi yang saya buat ketika jatuh cinta. Dalam kotak itu juga saya menemukan sebuah kertas berisi catatan tentang pengakuan atas dosa-dosa yang telah saya lakukan. Seburuk itukah saya? Kapan? Saya tidak pernah melakukan itu. Tetapi, jelas sekali jika catatan itu menorehkan pengakuan tulus saya atas perilaku buruk yang sudah saya perbuat. Sungguh, kita tidak mungkin bisa mengingat semua hal yang pernah kita lakukan semasa hidup. Namun kertas kehidupan kita mencatatkan semuanya itu dengan sedetail-detailnya tentang makanan yang kita santap, hak orang lain yang kita jarah, harta yang kita rebut dengan cara licik, kebohongan yang kita tutupi didepan publik, bisikan hati yang kita sembunyikan, senyum yang kita tebarkan, nasihat yang kita sampaikan, kebaikan yang kita berikan. Semuanya tercatat dengan rapi. Kelak jika catatan itu dibahas disidang akhirat, kita akan terkejut; oh, benarkah saya telah melakukan kebaikan itu? Sebuah kejutan yang indah. Namun sungguh rugi jika kita terkejut oleh catatan buruk amal-amal kita. Lidah kita boleh menyangkal. Tetapi, catatan itu menceritakan segalanya. Penyangkalan kita menjadi sia-sia belaka.
  4. Catatan masa lalu tidak bisa dihapus, namun bisa ditebus. Sebuah perusahaan pembuat kertas daur ulang, bahan bakunya adalah kertas-kertas bekas apa saja yang berisi beragam macam catatan. Ditangan mereka, kertas bekas itu diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan pernak-pernik benda-benda seni yang indah. Tidak tampak lagi jejak catatan-catatan isi kertas sebelumnya. Sejak kita memasuki masa akil baligh, tentunya banyak keburukan yang sudah kita lakukan. Mungkin kita bisa meminta maaf. Namun kata maaf tidak serta merta menghapuskan catatan perbuatan buruk kita. Tidak mungkin semua itu bisa dihapus. Tetapi, kita bisa menebus semua keburukan dimasa lalu dengan komitmen untuk mengubahnya menjadi keindahan. Kertas kehidupan yang terlanjur coreng moreng itu harus diblender dengan komitmen tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Lalu diperas, dicetak, disetrika, dan dibentuk serta dihias dengan perangai indah. Itu bukan perkara mudah. Namun kita bisa melakukannya jika kita benar-benar menginginkannya. Tetapi, siapa yang tidak ingin catatan kertas kehidupannya disajikan dalam bentuk yang indah saat menghadap Sang Khalik kelak? Perilaku baik dan perangai indah yang kita lakukan mulai saat ini, semoga menjadi penebus bagi catatan keburukan masa lalu yang tidak bisa dihapus.
  5. Putihkan kembali kertas kehidupan yang mulai buram. Dalam kotak dokumen itu, semua kertas yang saya temukan berwarna buram kecoklatan. Padahal dulu kertas-kertas itu berwarna putih bersih. Sama seperti kertas kehidupan kita yang dulu putih bersih, namun kini sudah berubah menjadi kotor karena tindakan-tindakan buruk yang kita lakukan. Di pabrik kertas, bubur kayu mengalami proses ‘bleaching’ dengan klorin untuk menghilangkan pengaruh lignin yang membuat warna kertas menjadi buram. Kertas kehidupan kita diputihkan dengan apa?
Sejak zaman dahulu, para para Nabi mengajarkan cara membleaching kertas kehidupan kita. Sesuai dengan tantangan pada zamannya masing-masing, para utusan suci itu tidak henti-hentinya mengajak umatnya untuk terus berusaha memutihkan kertas kehidupannya. Guru kehidupan saya menjelaskan bahwa meskipun berbeda masa, namun inti ajaran para Nabi itu sama yaitu; “Berserah diri hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Penyerahan diri secara utuh itulah yang menjadi ‘bleacher’ kertas kehidupan kita.

Sedangkan perangai dan tindakan baik kita menjadi tulisan dan untaian kalimat-kalimat indah yang tertera dalam buku catatan kehidupan kita. Setiap hari, kita menulis dalam lembara kertas baru kehidupan kita. Kemudian lembaran-lembaran itu akan disusun menjadi sebuah buku yang berisi seluruh catatan lengkap perjalanan hidup kita. Diantara amal baik, mungkin terselip perbuatan buruk. Dibalik niat baik, mungkin tersembunyi cara eksekusi yang buruk. Oleh sebab itu, pantaslah kiranya jika kita saling menyadari ketidaksempurnaan diri. Dan saling memaafkan satu sama lain. Persis seperti tuntunan para Nabi suci, untuk mengisi hari-hari baru kita dengan lembaran-lembaran baru kehidupan yang menorehkan catatan indah dalam buku kehidupan kita.

18 November 2011

dilema

bertemu di tengah dilema
antara hitam dan putih, bersama kebimbangan
antara merah dan hijau, biru haru sendu

bukan aku tak perduli
bukan aku tak cinta
bukan aku tak sayang

tapi aku lakukan untuk kalian
kalian pikir aku senang begini
ditempatkan ditengah 2 pilihan

semoga kelak kalian tahu

17 November 2011

Hidup untuk Hidup

Seringkali aku dengar, "hiduplah dan berbuatlah yang terbaik setiap hari, setiap saat seolah-olah besok atau nanti kita mati"

Bolehkah jika aku berkata untuk diri aku, aku akan hidup dan berbuat yang terbaik karena aku akan hidup selamanya.
Aku akan hidup untuk hidup..
Iya, untuk kehidupan yang maha hidup
Iya, untuk kehidupan yang abadi

Kenapa aku berpikir seperti itu? Bukannya kita juga sering dengar bahwa kehidupan kita disini hanya sebentar? Iya, sebab kehidupan yang kekal sedang menunggu kita nantinya.

Mari kita berpikir yang terbaik
Mari kita melakukan yang terbaik
Mari kita menghasilkan yang terbaik
Demi kehidupan yang maha hidup

01 November 2011

Cintaku untuk Kebahagiaan Dia yang Kucintai


Yaaa... itu adalah jawaban yang akan aku berikan jika ada pertanyaan dari dia yang aku cintai.
Pernah suatu waktu Hendi temenku bertanya, "Bagaimana bila di hati dia tidak ada dirimu?"
Dan aku jawab,"Aku tahu kalo hatinya tidak selalu ada diriku dan mungkin tidak pernah ada"

Kemudian secara beruntun Hendi mencecarku dengan bermacam pertanyaan.. bagaimana aku bisa mencintai dia, buat apa aku mencintai dia, apa alasan aku mencintai dia, kenapa harus dia yang aku cintai.. kalo aku tidak pernah ada di hati dia dan dia tidak pernah mencintai aku..

Pertanyaan itu pernah beruntun menghunjam hatiku dan hampir meluluh lantakkan semangat aku agar berhenti ataupun mundur untuk memberikan cintaku untuk dia..

Namun malam itu aku diberikan petunjuk.. ya petunjuk dan pelukan yang sangat hangat. Kehangatan yang hakiki, kehangatan yang mutlak dan telah menyadarkan kebodohan aku kenapa aku harus mempertanyakan cinta itu jika benar aku telah memiliki cinta itu sendiri..

Iyyaaa.. 
Cinta adalah sebuah ketulusan, 
Cinta adalah sebuah keikhlasan, 
Cinta adalah sebuah penghambaan, 
Cinta adalah sebuah pengorbanan..

Karena kita tidak akan pernah memiliki cinta yang sesungguhnya ataupun cinta yang hakiki... 
Jika kita mengharapkan dicintai, 
Jika kita mengharapkan dihargai, 
Jika kita mengharapkan dihormati, 
Jika kita mengharapkan dikasihi, 
Jika kita mengharapkan dimiliki..

Iyyaa.. dalam pelukan hangat malam itu aku berkata "cintaku untuk kebahagiaan dia yang kucintai"

lelah

hehehe... dia tersenyum...
alhamdulillaaaaaahhhhh!!! itulah yang aku teriakan saat pertama aku lihat senyumnya..

aku memang mencintainya, tapi kusadar bahwa aku bukan yang terbaik untuk dia.. namun aku terus berusaha untuk yang terbaik, yaitu hal yang terbaik untuk dia..

aku tahu, kemanapun jejak itu pergi.. bayangannya akan selalu terlihat

aku yakin, suatu hari nanti dia akan mengerti bahwa ini adalah jalan yang terbaik...

meskipun lelah dalam menjalaninya

21 August 2011

Apa Yang Kita Cari

Apa yg kita cari saat kita masih hidup dan bernafas..

Kebebasan? Kebebasan seperti apa?
Burung aja memiliki kebebasan untuk terbang kemana saja, tetap merindukan tempat tinggalnya..
Layang-layang juga memiliki kebebasan terbang diatas langit, namun dia tetap merasakan kenyamanan jika dia masih tertaut dg seutas benang...
Seperti halnya manusia yang memerlukan suatu ikatan dan tempat untuk berlabuh, kalo tidak ingin melayang-layang seperti layang-layang putus.

Persahabatan? Persahabatan seperti apa??
Setan telah lebih bersahabat dengan kesombongan setiap saat di setiap sel-sel darah yang mengalir di tubuh kita..
Manusia sangat lekat dengan ego dan kesombongannya, jikalau tidak memiliki iman dan kesabaran.

Kesenangan? Kesenangan seperti apa???
Nabi Adam telah mendahului kita untuk mencicipi kesenangan surgawi sebelum kita, kesenangan apalagi yang lebih indah selain kesenangan surgawi..
Tidak ada kesenangan di dunia yang tidak melenakan manusia dalam kesesatan, bilamana tidak disertai dengan rasa syukur dan keikhlasan dalam berbagi.

Kemuliaan? Kemuliaan seperti apa?
Masih adakah manusia yang lebih mulia selain Rasulullah Muhammad saw...
Tidak ada makhluk yang lebih mulia daripada kemuliaan di mata Allah SWT

Yang kita cari adalah jalan-jalan kenabian untuk mencapai posisi yg terdekat dengan Allah
Baik dalam keadaan senang atau sedih
Baik dalam keadaan kenyang atau lapar
Baik dalam keadaan utuh atau porak poranda
Baik dalam keadaan sendiri ataupun bersama-sama

12 August 2011

Menjadi Pribadi yang Membumi


Membumi. Apa artinya ya? Apakah hal itu hanya berlaku untuk gagasan-gagasan kita? Saya kira tidak. Mengapa? Karena kemajuan peradaban manusia justru lahir dari gagasan-gagasan yang semula dianggap tidak membumi. Soal gagasan, sebaiknya kita bikin yang tidak membumi. Agar seluruh daya diri kita bisa dieksplorasi. Lantas, untuk apa kita mempunyai kosa kata ‘membumi’? Bukankah sudah tidak berguna lagi. Berguna atau tidaknya sesuatu bukan terletak kepada keberadaannya, melainkan kepada bagaimana cara dan untuk apa kita menggunakannya. Sekarang, saya ingin mengajak Anda untuk menggunkan kata itu dalam kalimat ‘menjadi pribadi yang membumi’. Yo opo iki, Rek? Se, toh Pak Manteb. Kita ulik-ulik dulu.

Tadi malam, kami berjalan-jalan di luar rumah. Sambil menatap langit anak perempuan mungil kami berkata; “Ayah, langit sekarang ada diatas kita,” katanya. Saya mengangguk. “Orang dibelahan bumi yang lain bagaimana dong?” lanjutnya. Saya terhentak. Hingga berjam-jam kemudian, saya masih terus memikirkan pertanyaan itu. Pertanyaan anak saya sudah sedari tadi terjawab. Sekarang, saya tenggelam dalam lautan pertanyaan yang membajiri benak saya sendiri. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intellligence berikut ini:

  1. Berpijaklah pada satu titik yang sama.
Seberapa sering Anda berselisih dengan teman di kantor? Misalnya saja, orang finance yang sering tidak akur dengan orang sales & marketing. Orang marketing bilang ‘bayar, dong!”, orang finance bilang ‘sabar, dong!’. Masing-masing punya argumennya sendiri-sendiri. Saya mengajak anak-anak berhenti sejenak, lalu memperhatikan bagaimana kedua kakinya berpijak. “Kalau kaki kita bisa menembus kedalam bumi. Lurus terus sampai keluar lagi diujung bumi yang lain, maka telapak kaki kita akan bertemu dengan telapak kaki seseorang yang sekarang sedang berdiri di suatu tempat di Kota New York.” Kita tahu bahwa Jakarta berada kira-kira ‘diseberang’ garis diameter bumi New York. Telapak kaki orang NY tepat berada di telapak kaki orang Jakarta. Maka arah yang disebut sebagai ‘atas’ oleh orang NY adalah arah yang sama yang ditunjukkan oleh telapak kaki kita, dan sebaliknya. Kita hanya benar-benar memiliki arah yang sama ketika kita pergi ke NY, atau orang NY datang ke Jakarta. Hidup juga sama. Kita sering berpijak di dua tempat yang berbeda untuk memperdebatkan suatu urusan. Maka lain kali jika sedang berselisih, berdirilah pada satu titik yang sama. Ketika kita berpijak pada satu titik yang sama, maka kita akan mempunyai standar penilaian yang sama. Jika Anda benar-benar ingin mendapatkan solusi, berpijaklah pada satu titik yang sama.

  1. Milikilah tekad yang bulat.
Pertanyaan; adakah benda langit yang bentuknya tidak bulat? Coba perhatikan sekali lagi, semua komponen pembentuk tata surya mempunyai bentuk dasar bulat. Tidak ada yang segi empat atau segi tiga. Bahkan bentuk bintang pun tidak seperti yang biasanya kita gambarkan. Mengapa begitu? Karena bulat adalah bentuk paling efisien untuk bisa bertahan dalam proses jangka panjang. Makanya benda langit selama berjuta bahkan bermilyar tahun tetap kokoh dalam formasinya yang berbentuk bulat. Sama seperti ketika kita sedang bertekad untuk melakukan sesuatu. Hanya jika kita memiliki tekad yang bulat, kita bisa bertahan sampai berhasil meraih apa yang kita impikan. Tanpa tekad yang bulat? Kita hanya akan segera terhenti begitu rintangan menghadang dan menghalang. Adakah benda langit yang tidak bulat? Ada. Itulah benda yang disebut sebagai ‘sampah antariksa’. Jika tekad kita tidak bulat, bisa jadi kita hanya akan menjadi sampah dunia. Maka milikilah tekad yang bulat. Karena kebulatan tekad menjadikan kita pribadi yang mempunyai endurance alias daya tahan yang tinggi.

  1. Berdirilah diatas pijakan yang kuat
Dulu manusia pernah mengira jika bumi ini bentuknya seperti permukaan meja. Makanya kita dilarang untuk ‘berlayar terlalu jauh’, nanti terjatuh. Sekarang kita tahu jika bumi ini bulat, maka pergi sejauh apapun tidak akan sampai ke ‘ujung meja’ seperti yang kita takutkan. Dalam menjalani hidup, kita sering takut kalau-kalau kita terjatuh. Makanya kita memilih diam ditempat atau berkutat di teritori sendiri. Padahal kalaupun kita terjatuh, gaya gravitasi menjamin kita tetap memiliki tempat untuk berpijak. Jika kita terjatuh lagi, mungkin kita belum berdiri diatas pijakan yang kuat. Selama kita perpijak ditanah yang lembek, maka posisi kita akan tetap labil. Berdirilah diatas pijakan yang kuat. Pengetahuan yang kuat. Keterampilan yang kuat. Semangat yang kuat. Jiwa yang kuat. Kemauan yang kuat. Keyakinan yang kuat. Keimanan yang kuat. Maka kita akan bisa berdiri lebih lama. Bahkan mungkin, tidak pernah terjatuh lagi.

  1. Bergeraklah dalam kecepatan yang tinggi
Anak saya bilang;”Katanya bumi berputar. Tapi kita kok tidak merasakannya sih, Yah?” Secara sains, jawabannya mudah saja;bumi berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga gerakannya tidak bisa dirasakan lagi. Kecepatan yang tinggi adalah wujud komitmen bumi pada pergerakannya. Isyarat kesungguhannya. Kita sering merasa bosan dalam hidup. Waktu seolah berjalan sedemikian lambatnya ketika kita menjalani sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi, coba ingat-ingat kembali ketika Anda sedang asyik-asyik mengerjakan sesuatu dengan komitmen yang tinggi. Anda sering sampai lupa waktu bukan? Lho, kok sudah malam? Barulah Anda sadar jika teman-teman di kantor sudah pada pulang. Bayangkan seandainya bumi berputar dalam gerak lambat seperti komedi putar di dunia fantasi atau taman hiburan. Kita hanya akan menikmatinya sebentar, setelah itu menjadi bosan. Sungguh, kita butuh perputaran yang cepat. Karena kecepatan menunjukkan komitmen dan kesungguhan. Bekerjalah dengan penuh komitmen dan kesungguhan. Maka Anda akan terdorong untuk bergerak lebih cepat. Dan kita tidak lagi merasakan beratnya.

  1. Tetaplah berada di jalur yang lurus
Saya punya sebuah pertanyaan untuk Anda; seandainya Anda berjalan lurus tidak berbelok sedikitpun, dimana tempat terjauh yang bisa Anda tempuh? Jawaban yang benar adalah; tempat ketika pertama kali Anda melangkah. Jika Anda bergerak lurus di bumi, maka pencapaian tertinggi Anda ditandai dengan kembalinya Anda di titik yang sama. Jika Anda memutari bumi, maka Anda akan kembali ketempat semula. Ini adalah isyarat spiritual penuh makna. Jika kita menjaga kehidupan kita tetap berada dijalan yang lurus, yaitu jalan yang ditunjukkan Tuhan melalui para Nabi; maka kita akan sampai di titik awal penciptaan diri kita. Apakah gerangan titik awal penciptaan kita? Itu adalah tempat tinggal manusia pertama yang Tuhan ciptakan. Dimanakah manusia pertama itu tinggal? Di surga. Itulah titik awal hidup kita. Dan ketempat itu pulalah inginnya kita bisa kembali kelak. PerintahNya sederhana; tetaplah berada dijalan yang lurus. Maka dibimbingNya kita dengan surah Al-Fatihah; ‘Ihdina shirootol mustaqiem’, tunjukilah kami jalan yang lurus.

Menjadi pribadi yang membumi bukanlah untuk melahirkan gagasan yang dangkal. Menjadi pribadi yang membumi adalah memiliki kesadaran akan tibanya saat dimana kita  ‘masuk’ kedalam bumi. Adalah kesadaran bahwa ada langit yang melingkupi bumi. Ketika jasa melebih dengan bumi, jiwa kita terbang tinggi. Di langit, kita akan tinggal dimana?  Silakan tentukan sendiri pilihannya