sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

31 July 2011

Bulan ternyata Tidak Indah

Bulan atau rembulan yang selalu menampakkan dirinya di malam hari, dia begitu anggun, cantik dan lembut mempesona mempesona dengan cahayanya yang kunng keemasan. Bulan setia menemani dan menerangi malam kita sampai terbitnya sang Surya.

Tapi apakah memang bulan seindah yang kita lihat? Begitu banyak pasangan muda mudi yang sedang terhanyut dalam gelayut rindu meminjam nama sang Bulan sebagai pasangannya.

Tapi apakah memang bulan itu seindah bayangan kita? Teman-teman pasti tahu jawabannya tidak.

Tapi apakah memang bulan juga secantik dan selembut bayangan kita? Yang ini juga tidak, karena bulan sendiri memiliki lapisan luar yang tidak rata dan berunsur logam. Bulan tidak selembut dan selemah bumi yang kita pijak, ini ditergambarkan pada saat kita (ilmuwan/astronot) akan coba bor dan buat lobang disana membutuhkan waktu yang lama untuk membuat lobang beberapa inchi. Permukaan bulan teramat tidak rata dan sangat keras.

Dan setelah kita dekati lagi.. Apakah bulan memiliki isi? Apakah bulan padat seperti bumi yang kita pijak? Ternyata juga tidak, karena para ilmuwan terlah membuktikan bahwa bulan itu berongga dan tidak berisi… iyaa, bulan adalah logam berongga…

Setelah kita mengetahui bahwa bulan tidak seindah, secantik, seanggun dan selembut perkiraan kita.. dan bahkan bulan tidak berisi atau berongga atau kosong… Apakah kita akan bilang bulan itu tidak indah dan kosong? Jawabannya tetap tidak, kita tetap mengagumi dia sebagai salah satu yang terindah yang kita lihat dan kita miliki.

Bagaimana seandainya paangan kita seperti Bulan yang saya sebutkan tadi? Dia nampak begitu cantik, indah, lembut dan anggun.. namun setelah dia benar-benar berada disamping kita dia tidak sesempurna yang kita lihat dan bahkan dia begitu kosong serta tidak berisi (berilmu).
Apakah kita tetap bisa menerima dia sebagai anugerah yang terindah yang kita miliki? Apakah sanggup kita membimbing dia menjadi rembulan terindah dan memiliki isi?

Atau haruskah kita mengubah dia menjadi rembulan yang kita bayangkan? Jawaban saya tetap tidak, karena rembulan memiliki keindahan yang berbeda dari dalam dirinya. Serta rembulan tidak akan menjadi lebih indah, jika dia bukanlah dirinya sendiri.

Seandainya dia rembulan apakah yang mesti kita lakukan?
Cintailah dia seperti pertama kali kita lihat dia
Cintailah dia karena kekurangannya
Cintailah dia karena dia adalah anugrah dari Allah untuk kita
Cintailah dia karena Allah SWT

30 July 2011

Antara Kontribusi, Manfaat dan Kompensasi - D.K

'There is no free lunch'
Ngimpi namanya jika kita mengharapkan segala sesuatunya bisa diperoleh secara gratis. Harus ada usaha untuk segala sesuatu yang kita inginkan. Memang, setiap orang mempunyai keinginan yang berbeda-beda. Namun semua orang memiliki keinginan yang sama, yaitu; dibayar setinggi-tingginya. Dalam konteks dunia kerja, kita mengharapkan manfaat dan kompensasi alias gaji yang tinggi. Faktanya, banyak orang yang mengajukan tuntutan yang berlebihan. Atau sebaliknya, banyak perusahaan yang mengabaikan kewajiban untuk memberi imbalan sepadan kepada para karyawan. Padahal, ada nilai-nilai kepantasan yang harus sama-sama kita tegakkan. Karena hubungan kerja dibangun dalam azas kesetaraan.

Sekitar satu kilometer dari tempat tinggal kami ada sebuah toko swalayan kecil yang memiliki fasilitas ATM. Hal itu sangat memudahkan kami dalam banyak hal. Selain kemudahan itu, bagi saya mesin ATM memberi pelajaran berharga tentang apa yang kita miliki didalam diri kita. Selama Anda punya tabungan, maka selama itu pula Anda bisa mengambilnya. Tabungan itu tak ubahnya seperti kemampuan pribadi kita dalam berkontribusi. Selama kita memiliki tabungan itu, maka selama itu pula mesin ATM akan memenuhi permintaan kita. Selama kita bisa berkontribusi, kita bisa mengharapkan sejumlah pendapatan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami peran kontribusi kepada manfaat dan kompensasi untuk hidup kita sendiri; saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1. Mesin ATM mau melayani hanya jika kita memiliki tabungan
Bagi para professional, mesin ATM itu mewakili perusahaan tempatnya bekerja. Bagi saya, ATM itu seperti perusahan-perusahaan yang menjadi klien atau pengguna jasa pelatihan in-house yang saya selenggarakan. Meski agak berbeda tetapi mempunyai fungsi yang sama yaitu; tempat kita 'mencairkan' kemampuan dan mengkonversinya menjadi sejumlah penghasilan. Jika di mesin ATM tabungannya berupa uang, maka dalam konteks pekerjaan; tabungannya adalah 'kontribusi' melalui pekerjaan yang kita lakukan. Anda harus mempunyai tabungan untuk bisa mendapatkan manfaat dari mesin ATM. Anda juga harus memberikan kontribusi agar bisa memperoleh sejumlah manfaat dari perusahaan. Semakin banyak tabungan Anda, semakin besar dukungan kesediaan ATM untuk melayani Anda. Semakin tinggi kontribusi kepada perusahaan, semakin besar juga manfaat yang bisa Anda dapatkan. Jadi jika Anda ingin mendapatkan manfaat yang sebanyak-banyaknya dari perusahaan tempat Anda bekerja, maka Anda harus memastikan bahwa Anda mampu menabung cukup banyak kontribusi kepada perusahaan.

2. ATM mengeluarkan uang tidak lebih dari jumlah yang kita punya
Kita tidak akan pernah bisa mengambil uang di ATM melebihi jumlah saldo tabungan yang kita miliki. Jika memaksakan diri, maka itu namanya 'ngimpi'. Kita juga sering 'ngimpi' untuk mendapatkan bayaran yang setinggi-tingginya, sambil berkontribusi alakadarnya. Jika kita ingin digaji tinggi, maka kita juga harus berkontribusi tinggi. "Gaji tinggi dulu dong, barulah kita berkontribusi tinggi!" begitu argument yang sering kita dengar di kantor-kantor. Memangnya di mesin ATM Anda bisa mengambil uang dulu, baru kemudian Anda menabung? Tidak. Dikantor juga sama. Kontribusi tinggi duluan. Setelah itu, barulah kita bisa mengharapkan imbalan yang sepadan. Makanya, mulailah berfokus kepada 'memperbanyak kontribusi' kepada perusahaan. Soal tuntutan imbalan secara otomatis mengikutinya kemudian. Semakin besar tabungan kita, semakin banyak uang yang bisa kita ambil di ATM. Semakin tinggi kontribusi kita, maka semakin besar juga manfaat yang bisa kita dapatkan dari perusahaan. Mengapa demikian? Karena tidak ada mesin ATM yang bisa mengeluarkan uang melebihi tabungan yang kita punya.

3. Semakin banyak yang diambil, semakin banyak yang harus ditabungkan.
Sampai kapan Anda bisa mengambil uang di ATM? Sampai uang yang Anda tabungkan tidak tersisa lagi. ATM, menghitung berapa uang yang Anda tabungkan, dan berapa yang sudah Anda ambil kembali. Jika tabungan Anda sudah habis, maka ATM itu tidak mau lagi mengeluarkan uang untuk Anda. Perusahaan tempat kita berkerja dikelola berdasarkan neraca rugi laba. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkannya akan dihitung secara seksama. Termasuk gaji dan manfaat lainnya yang kita terima. Siapa saja yang mampu memberikan kontribusi lebih tinggi dari manfaat dan kompensasi yang didapatkannya mempunyai peluang untuk terus dipekerjakan. Sedangkan mereka yang tidak bisa memberikan 'nilai lebih' dari biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan; cepat atau lambat juga pasti akan dikeluarkan. Maka tidak ada cara lain untuk mempertahankan hubungan kerja kita kecuali dengan memberikan kontribusi yang setinggi-tingginya. Sebab jika tidak, orang lain yang berkontribusi lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan lebih dulu dari kita.
Mengapa? Karena semakin banyak yang kita ambil, semakin banyak juga yang harus kita kontribusikan.

4. Keberadaan mesin ATM tidak mempengaruhi kepemilikan kita.Beberpa bulan lalu, ATM di toko itu yang digondol pembobol. Anehnya, orang-orang tidak gundah atas hilangnya mesin ATM itu. Mengapa? Karena hal itu tidak mempengaruhi kepemilikian uang kami. Uang direkening milik kita tidak pernah bisa dibobol maling yang menggondol mesin ATM itu. Perusahaan tempat kita bekerja juga tidak ubahnya dengan mesin ATM. Dia merupakan tempat dimana kita bisa 'mengambil' hak kita setelah mengabdikan diri dengan segenap kemampuan dan keahlian yang kita miliki. Bagaimana seandainya kita tidak lagi bekerja disana? Mungkin kita tidak pernah merasakan betapa sedihnya orang yang kehilangan pekerjaan. Namun sekedar membayangkan pensiun pun kita masih sering merasa ngeri. Kita suka mengira bahwa tanpa perusahaan yang mempekerjakan kita ini, maka kita kehilangan banyak hal dalam diri kita. Padahal, 'apa yang kita miliki didalam diri kita' tidak bisa direnggut oleh siapapun. Perusahaan mungkin bisa mengambil pekerjaan kita. Tetapi tidak keahlian, pengalaman, dan keterampilan kerja kita. Maka dari itu, jika suatu saat kita harus kehilangan pekerjaan kita; berbesar hatilah. Dan terus berjuanglah untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian yang kita miliki.

5. Tabungan yang bunganya berlipat-lipat.
Entah disadari atau tidak, tabungan kita diganjar dengan tambahan bunga bank. Namun, bunga tabungan itu terlalu kecil sehingga kita tidak merasakan manfaat yang bermakna. Makanya, kita sering menggunakan bank dan mesin ATM hanya untuk sekedar menitipkan untuk sementara. Cukup 'terima-kasih' saja. Setiap kali kita 'terima' dihari gajian kita langsung 'kasih' ke berbagai macam rekening tagihan. Kita tidak tertarik untuk menyimpan uang itu berlama-lama di bank. Bagaimana jika ada bank yang memberi bunga berlipat-lipat dari tabungan yang kita simpan? Dua kali lipat. Sepuluh kali lipat. Bahkan tujuh ratus kali lipat. Bersediakah Anda menabung lebih lama? Anda mau sih, tapi ragu jika ada bank yang seperti itu. Iya kan?

Ada. Namun bank itu bukan tempat penyimpanan uang, melainkan tempat tersimpannya segala amal perbuatan. Guru kehidupan saya mengajarkan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan itu laksana sebutir benih yang tumbuh menjadi sepuluh tangkai. Sedangkan dalam setiap tangkai itu, terdapat tujuh puluh

buahnya. Maka setiap kebaikan kita diganjar dengan bunga dan buah sebanyak 700 kali lipatnya. Sekarang, sudah ada 'bank' yang memberi bunga berkali-kali lipat itu. Dia tidak hanya menerima tabungan dalam bentuk uang. Tetapi juga menerima ilmu yang Anda tebarkan. Menyambut perilaku baik yang Anda lakukan. Membukukan setiap tindakan terpuji yang Anda kontribusikan. Maukah Anda menabung kebaikan di 'bank' itu?


Pendapatan yang kita peroleh berbanding lurus dengan kontribusi yang kita berikan. Tetapi, kadang-kadang

pendapatan itu tidak kita terima dalam bentuk uang yang bisa kita ambil di ATM; melainkan berupa tabungan yang disimpan di bank yang memberikan bunga hingga 700 kali lipat. Maka jika Anda telah berkontribusi tinggi, namun jumlah uang yang Anda bawa pulang tetap tidak melimpah ruah juga; ikhlaskanlah. Karena kadar keikhlasan kita dalam berkontribusi sangat menentukan berapa kali lipat imbalan yang bisa kita dapatkan untuk bekal di kehidupan akhirat kelak. Selama kita ikhlas, kita juga tidak akan pernah dihinggapi oleh rasa kesal, kecewa, atau penghujatan karena merasa telah diperlakukan secara tidak adil. Dengan keikhlasan itu, kita menambah jumlah tabungan yang bisa dibawa ketika tiba saatnya untuk 'pulang'

26 July 2011

Haruskah Kita bersabar Menanti Masa Depan - D.K

Kita sering gelisah dengan masa depan; akan menjadi seperti apakah hidup saya nanti? Bahkan kadang kita tergoda untuk bertanya kepada para peramal. Berbagai cara kita tempuh agar bisa tahu apa yang akan terjadi nanti. Kita mengira jika mengetahui masa depan maka kehidupan kita akan semakin baik. Benarkah demikian?
Nabi Khidr mengingatkan jika Musa tidak akan bisa bersabar mengikuti dirinya. Nabi Musa pun menyaksikan tindakan-tindakan aneh Nabi Khidr, sehingga dia tidak lagi bisa membiarkannya. Sebelum berpisah Nabi Khidr menjelaskan, mengapa dia melakukan semua tindakannya. Semua itu bukanlah kehendaknya, melainkan atas petunjuk Tuhan yang memberinya pengetahuan tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Saya termasuk yang penasaran dengan masa depan. Dan saya, tentu lebih tidak sabar dibandingkan Nabi Musa. Maka bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bersabar atas rahasia masa depan; saya ajak untuk memulainya dengan memahami dan melakukan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:     

1.     Mengendarai waktu yang menuju masa depan
Selain waktu, tidak ada alat transportasi lain yang bisa membawa kita kepada masa depan. Karena waktu bertugas untuk membawa kita menuju kesana. Maka kendarailah waktu. Dan arahkan dia kepada masa depan yang mana Anda ingin menuju. Sebagai sebuah kendaraan, waktu bisa membawa kita kemasa depan yang nyaman, atau menyebalkan. Jika kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang baik, misalnya. Maka pasti kita akan sampai ke tempat yang baik. Namun jika kita menggunakan waktu untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk, maka cepat atau lambat kita akan dibawanya kepada masa depan yang pasti buruk. Waktu adalah kendaraan yang melekat dalam diri kita. Tidak bisa ditolak. Namun bisa kita kendalikan arahnya, melalui pilihan perilaku dan perbuatan kita dalam detik demi detiknya. Maka apapun yang kita lakukan dalam setiap detak waktu itu, merupakan cara kita dalam memberi arah kepadanya.

2.     Belum tentu kita sanggup mngetahui masa depan yang buruk
Tak seorang pun sanggup menerima berita buruk tentang masa depannya. “Setidaknya, saya bisa bersiap-siap,” mungkin begitu kilahnya. Mari kita bertanya kepada diri sendiri; mana yang lebih mungkin terjadi jika kita diperkenankan untuk mengetahui masa depan kita yang buruk. Apakah kita akan tabah, atau malah semakin gelisah? Saya tidak yakin jika kita akan semakin tabah. Boleh jadi malah kita tergoda menyalahkan nasib; mengapa harus seperti ini? Mungkin kita menuduh Tuhan tidak adil. Atau, mungkin kita berpikir; jika masa depan gue seburuk itu, ngapain mesti susah-susah menjadi orang yang baik? Jadi orang rusak sekalian saja. Kita, belum tentu sanggup untuk mengetahui masa depan yang buruk. Sehingga membiarkannya tetap menjadi misteri, mungkin jauh lebih baik.

3.     Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang baik
Kita tahu jika masa depan itu adalah hasil dari masa kini. Apa yang kita lakukan sekarang, sedikit banyaknya menentukan apa yang akan kita dapatkan dimasa depan. Tetapi jika Anda diramalkan akan mendapatkan masa depan yang baik, masihkah Anda bersedia untuk bersusah payah sekarang? Saya tidak yakin. Jika kita sudah tahu ‘akan menjadi orang sukses’ misalnya. Mengapa kita mesti ‘menderita’ sekarang? Bukankah sesuai ramalan kita ‘santai-santai’ pun akan mendapatkan masa depan yang ‘baik’ itu? Sifat dasar manusia adalah untuk mencari kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Jadi jika kita sudah ‘tahu’ masa depan kita akan baik, maka kemungkinan terbesarnya adalah; kita enggan untuk berjuang melintasi jalur-jalur terjal yang menyakitkan. Jika ‘nasib baik’ itu belum juga datang, bisa jadi kita malah menghujat-hujat Tuhan; mengapa Dia terlalu lama menahan semua kebaikan itu? Padahal, apa yang kita lakukan sekarang sangat menentukan apa yang akan kita dapatkan dimasa depan.
           
4.     Mengubah misteri masa depan menjadi kegairahan
Banyak ramalan yang bercerita tentang ini dan itu. Namun kenyataan yang terjadi berbeda sama sekali. Hal itu menunjukkan bahwa tidak seorangpun benar-benar mengetahui apa yang akan terjadi bahkan sedetik setelah saat ini. Makanya, memaksa masa depan untuk menampakkan dirinya bukan lagi gagasan brilian. Kitalah yang bertanggungjawab untuk membentuk masa depan seperti apa yang kita inginkan. Kitalah yang menentukan akan menjadi seperti apa masa depan kita nantinya. Kitalah yang yang membentuk sosok masa depan diri kita sendiri. Justru karena kita tidak tahu masa depan akan seperti apa; kita termotivasi untuk bekerja keras sekarang. Justru karena tidak tahu apa yang akan terjadi, kita mawas diri kini. Justru karena kita ingin mendapatkan esok yang indah, kita menjadi semakin bergairah. Dan gairah itu akan semakin menggelora, justru ketika kita membiarkan masa depan tetap menjadi misteri.

5.      Que sera-sera - whatever will be, will be
Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun sebelum semuanya terjadi, biarkan kami untuk melakukan apapun yang bisa kami lakukan untuk merengkuh seluruh alunan lagu kehidupan dengan semerdu-merdunya. Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun, sebelum semuanya itu terjadi, ijinkan kami untuk melakukan yang terbaik saat ini. Sungguh, tidak seorang pun yang memiliki masa depan. Karena belum tentu umur kita sampai kesana. Tetapi, setiap orang memiliki ‘saat ini’. Maka pada saat inilah kita berpijak. Dan kita boleh menggunakan ‘saat ini’ yang sudah jadi miliki kita untuk melakukan apapun sebaik yang kita bisa. Dan setelah saat ini berlalu, maka apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Karena setelah semua usaha terbaik kita lakukan saat ini, maka tidak ada sedikitpun kekhawatiran akan masa depan. Inilah yang dikatakan oleh guru kehidupan saya tentang makna tawakkal. Yaitu kita melakukan segala sesuatu dengan benar, sepenuh hati, dan bersungguh-sungguh. Setelah itu, hasilnya kita serahkan kepada Sang Pemilik masa depan. Biarkan Dia yang menilai, masa depan seperti apa yang pantas diberikan-Nya kepada kita berdasarkan semua yang sudah kita upayakan. Que sera, sera.
Kisah kitab suci tentang Nabi Khidr dan Nabi Musa menegaskan bahwa mengetahui masa depan tidak menjadikan hidup kita ‘normal’. Karena dengan tahu tentang masa depan, mungkin kita akan melakukan sesuatu yang dianggap aneh oleh orang-orang disekitar kita. Oleh sebab itu, mengetahui masa depan bukanlah gagasan yang menarik jika kita ingin hidup layaknya manusia normal pada umumnya. Keindahan hidup kita justru terletak pada misteri yang meliputi apa yang akan terjadi sedetik setelah ini. Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa buruk, maka sekarang kita masih bisa bahagia. Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa baik, maka sekarang kita memanfaatkan semua yang ada pada diri kita. Maka jika kita ingin bisa benar-benar menikmati hidup, kita perlu bersabar dalam menantikan masa depan.
Mari Berbagi Semangat!

20 July 2011

Pertanyaan paling sulit tentang pernikahan

Salah satu pertanyaan paling sulit yang saya dapatkan adalah ini;”Bagaimana mempertahankan pernikahan kami?” Sampai sekarang pun saya belum tahu harus menjawab apa,  soalnya pernikahan kami sendiri baru berumur 12 tahun lebih sedikit. Masih terlalu dini untuk bisa menjawab pertanyaan itu berdasarkan pengalaman kami sendiri. Sebenarnya saya bisa saja menjawabnya secara ‘teoritis’. Toh sang penanya tidak tahu bagaimana saya menjalani kehidupan pernikahan kami. Tetapi, lha kok rasanya kurang afdol ya? Bagaimana jadinya jika teori yang saya gunakan itu, ternyata benar-benar ‘hanya sebatas teori’ saja. Bagaimana seandainya ternyata suatu saat nanti saya tidak berhasil melewati masa-masa sulit dalam kehidupan rumah tangga kami. Bagaimana seandainya kami…..

Akhirnya saya memilih untuk ‘tidak menjawab’ pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Sebab setelah cukup lama bersemedi pun ternyata saya tidak memiliki kemantapan hati untuk berani menjawabnya. Kalau pun saya harus menjawabnya, saya harus melakukannya berdua dengan istri saya. Dan jika kami jadi menjawabnya, maka kami terikat oleh sebuah kewajiban untuk melakukan apa yang kami katakan kepada orang lain. Padahal, jika kami menghadapi badai yang sama; belum tentu kami pun berhasil melewatinya. Walhasil, daripada menjawab pertanyaan itu; saya lebih memilih untuk berceloteh saja tentang apa yang sedang saya dan istri saya pelajari saat ini dalam pernikahan kami. Bagi Anda yang tertarik menemani kami belajar menjaga bahtera pernikahan ini; saya ajak untuk memulainya dengan merenungkan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1.      Mengingat saat pertama kali jatuh cinta. Saat jatuh cinta pertama kali kepadanya adalah salah satu saat terindah dalam hidup saya. Seperti serum saja, didalam darah saya terkandung nuansa romansa itu. Dan serum inilah yang sering menolong saya menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan pernikahan kami. Setiap kali saya memerlukan penyegaran atas cinta dan kehidupan rumah tangga kami, saya berusaha untuk mengingat saat-saat pertama kali kami jatuh cinta. Mengingat hal itu, rasanya setiap kekesalan dan kekecewaan mencair begitu saja. Dalam sekejap saya sudah bisa merasakan gelora itu lagi. Persis seperti pertama kali saya melihatnya. Persis seperti ketika saya bertekad; tidak ada perempuan lain yang lebih saya inginkan selain dirinya.

2.      Mengikrarkan cinta saat dia tidak mendengarnya. Rajin-rajinlah mengucapkan kata ‘cinta’ ditelinganya. Begitulah nasihatnya. Saya tidak terlalu percaya itu.  Faktanya, sering sekali kata cinta itu hambar rasanya. Terutama ketika kita mengucapkannya tidak sambil membawa ketulusan hati. Saya memilih untuk lebih banyak mengikrarkan cinta justru pada saat istri saya tidak mendengarnya. Ketika dia sedang bergaya didepan cermin, saya berbisik didalam hati;”Damn, I love her sooo much!”. Saat dia sedang senyum-senyum didepan blackberry, saya bergumam sendiri;”Saya sangat mencintainya…” Waktu dia cemberut, hati saya berkata;”dia semakin menggairahkan saat bibirnya manyun begitu…”

3.      Berterimakasih atas penerimaannya. Jujur saja, saya belum tentu merupakan lelaki terbaik untuk belahan jiwa saya. Dia bisa saja mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik daripada saya. Tetapi, dia menerima saya. Mengijinkan saya untuk mengobral rayuan gombal dibungkus kata cinta yang klise itu. Membiarkan saya melamarnya dengan gaya koboy. Mengangguk ketika saya mengajaknya untuk menikah. Menandatangai surat nikah itu. Mengikuti kemana saja saya membawanya pergi meski lebih banyak susahnya daripada senangnya. Sungguh, dia bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari ini. Maka tak pernah lekang rasa terimakasih saya kepadanya atas semua penerimaan yang telah diberikannya kepada saya. Saya lebih sering terjaga dimalam hari daripada dirinya. Sehingga saya memiliki kesempatan untuk menatap wajahnya ketika sedang terlelap. Memandangnya, sungguh membuat hati saya tersentuh. Sambil mengecup keningnya, saya berterimakasih kepadanya. Atas penerimaan yang telah diberikannya kepada saya.
          
4.      Ganti ‘tak kenal maka tak sayang’ dengan ‘semakin kenal semakin sayang’. Tak kenal maka tak sayang. Itu benar. Tetapi, banyak juga pasangan yang justru bercerai setelah satu sama lain saling mengenal. “Sekarang saya tahu siapa dia sesungguhnya,” adalah kalimat yang sering kita dengar di infotainmen saat sedang mengeksploitasi pasangan yang sedang bermasalah. Makanya, dalam konteks pernikahan pepatah itu tidak cocok. Ganti pepatah itu menjadi ‘semakin kenal semakin sayang’. Sebelum menikah, kita tidak tahu kalau dia tidurnya mengorok. Kita juga tidak tahu jika dia suka melempar handuk sembarangan. Atau menyimpan pakaian kotor dilantai. Kita, tidak tahu tentang semua hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setelah menikah, kita mengetahui lebih banyak hal. Seandainya saja ‘semakin kenal kita semakin sayang’, maka mungkin cinta kita semakin hari semakin bertambah murni.

5.      Percaya kepada diri sendiri. Awalnya, saya menuruti nasihat untuk ‘memberi kepercayaan kepada pasangan’. Sebab katanya, jika kita memberi kepercayaan itu, maka dia pasti menjaganya dengan baik. Tetapi kemudian saya merasa hal itu malah menempatkan dirinya pada sebuah tuntutan untuk ‘bisa saya percaya’. Padahal saya percaya bahwa ‘cinta’ bukan soal tuntutan kepada orang yang kita cintai; melainkan memberikan komitmen kita kepada dirinya. Makanya, titik berat saya sekarang bukanlah menuntut dirinya untuk menjaga kepercayaan yang saya berikan, melainkan menjaga kepercayaan saya kepada diri saya sendiri. Yaitu; saya ‘percaya kepada diri saya sendiri’ bahwa saya dapat menjaga kesucian cinta kami. Jika saya sampai merusak kepercayaan itu, maka saya sendiri mengetahuinya. Dan saya tidak sedang mengkhianati siapapun selain diri saya sendiri. Tidak fair jika saya menuntut soul mate saya untuk mempercayai saya, jika dihadapan diri sendiri saja ternyata saya tidak bisa dipercaya. Maka sebelum memintanya untuk percaya kepada saya, sekarang saya belajar untuk terlebih dahulu memberi diri saya sendiri kepercayaan itu.

Sungguh, saya tidak tahu akan menjadi seperti apakah perjalanan pernikahan kami. Namun dengan ke-5 hal itu saya menjadi lebih tentram. Bahkan saya masih tenang ketika di HP-nya ada SMS gombal dari para lelaki culas. Apalagi setelah kita memasuki era blackberry. Didunia ini banyak sekali lelaki yang gemar menggoda istri orang dengan menyalahgunakan anugerah teknologi yang Tuhan titipkan ditangannya. Saya tahu itu karena istri saya sesekali menunjukkan pesan-pesan di blackberry-nya yang tidak senonoh. Kadang kami menjadikannya sebagai bahan candaan. Malah ada diantara para lelaki itu yang saya tahu persis siapa orangnya. Bahkan di fitness center, saya mengenal seorang lelaki yang dia tidak tahu jika saya tahu kata-kata apa yang dikirimkannya kepada blackberry istri saya. Alih-alih emosi, saya malah kasihan kepadanya. Kasihan, sudah setua itu masih saja mengumbar nafsu hewani. Jadi;”Bagaimana mempertahankan pernikahan kami?” Saya tidak tahu. Tetapi, semoga celoteh ini bisa mengkompensasi ketidakmampuan saya dalam menjawabnya.

Mati sebelum Mati

Matikan irimu sebelum kejatuhanmu
Matikan dengkimu sebelum kehancuranmu
Matikan sombongmu sebelum kesempitanmu
Matikan egomu sebelum kesendirianmu
Matikan prasangkamu sebelum penyesalanmu
Matikan malasmu sebelum kebodohanmu

Ada lagi gk yaa... Masukan dari yang baca doooonnggggg....

04 July 2011

Bu Guru, sekolah itu apaaaa....???

Bu Guru,  sekolah itu apa sebenarnya? Aku murid kelas 5 SD. Datang pagi setiap hari. Berbaris rapi dan cium tangan hormat sebelum masuk kelas.  Pelajaran pertama  matematika. Mudah sekali. Nilaiku selalu diatas sembilan. Pelajaran kedua Bahasa Indonesia. Ada peribahasa dan latihan membuat paragraf. Sesekali menjadi karangan. Karanganku tidak selalu baik. Setidaknya mendapat nilai tujuh. Pelajaran ketiga  IPA. Aku suka melihat pelangi, dan aku mengerti bagaimana proses terjadinya.  Ah nilaiku tak pernah kurang dari sembilan.  Hari-hari di sekolah, bermain dengan kawan-kawan dikelas secara sembunyi atau di lapangan saat jam istirahat. Atau  saat menunggu jemputan pulang. Tapi apakah sekolah itu? 

Kemaren aku dimarahi ayah karena tidak bisa menjaga adikku sehingga jatuh. Kata ayah “Percuma saja kamu juara kelas kalau mengurusi adik saja tidak bisa”. Ah aku kan anak pintar. Tapi tidak ada pelajaran yang mengajari bagaimana caranya bertanggung jawab menjaga adik kecil yang berusia satu tahun dan baru pandai berjalan. Minggu lalu aku dibilang ibu cengeng. Ayah dan ibu keluar kota bersama adik. Aku tinggal berdua dengan mbak Siti. Sore itu hujan lebat. Mbak Siti ke warung membeli lilin karena lampu mati. Tetapi mbak Siti pergi terlalu lama. Senja semakin gelap. Langit kelam, petir menyambar dan menggelegar. Aku ketakutan dan menangis sendirian. Kata guru anak lelaki harus berani. Berani itu apa? Siapa yang berani dalam situasi gelap senyap begini sendiri. Untung ayah dan ibu segera pulang. Aku menghambur ke pelukan ibu, terisak. Ibu memeluk dan berkata “Duh kenapa anak ibu jadi cengeng begini?”.  Sekolah itu apa sebenarnya Bu Guru? Mengapa aku sudah lima tahun sekolah belum juga berani dalam gelap?

Sebentar lagi liburan kenaikan kelas. Bulan Juli  mendatang aku sudah menjadi murid kelas enam.  Dapatkah aku kembali meraih juara satu seperti biasanya penerimaan rapor? Lalu bisakah  aku lulus SD dengan nilai terbaik tanpa ada huru hara? Tadi malam kulihat di TV kejadian yang sangat mengerikan. Di Surabaya, seorang anak kelas enam SD bernama Alif di demo oleh teman-teman sekolah dan orang-orang sekampung. Gara-garanya Alif tidak mau mengikuti perintah Guru yang menyuruhnya berbuat curang dengan memberikan contekan pada teman-teman pada saat Ujian Akhir Nasional. Alif dan Ibunya serta keluarganya harus mengungsi menghindari amukan masa. Aku sedih. Sekolah itu apa sebenarnya Bu Guru? Mengapa Alif harus dihukum karena ingin jujur dan tidak mau berbuat curang?  

Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya? Kakak kelasku tahun ini di sekolah juga disuruh seperti Alif. Katanya, kalau mau masuk SMP favorit harus punya nilai kelulusan SD yang tinggi. Supaya nilai tinggi harus kerjasama dan perlu bantuan kunci jawaban.  Kata Pak Guru Agama,  Nabi Muhammad SAW diutus kedunia ini pertama kali adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak utama beliau contohkan adalah kejujuran. Sehingga Nabi SAW digelari Al-Amin. Yang artinya orang yang dapat dipercaya. Tidak suka bohong, tidak licik dan tidak suka curang. Berbohong serta berlaku curang termasuk dosa besar.  Tetapi mengapa di sekolah semuanya serba membingungkan? Di SMP dekat rumahku ada kantin kejujuran. Siswa membeli mengambil barang dan membayar tanpa diawasi. Lalu kenapa saat Ujian Nasional juga diberi kunci jawaban oleh gurunya sendiri?  Apakah jujur itu? Aku semakin tidak mengerti. 

Bu Guru, apakah sekolah itu? Mengapa semakin tinggi sekolah murid-muridnya semakin jahat? Buktinya siswa SMA di dekat komplek rumahku. Kalau malam minggu suka kebut-kebutan dan berisik. Tidak ada polisi yang menangkap. Waktu mereka ngobrol di warung, aku mendengar bahwa mereka sukses Ujian Nasional karena mendapat bocoran soal dari kepala sekolah. Sambil menghirup rokok dan kaki diangkat ke meja mereka tertawa terbahak-bahak mengingat saat kucing-kucingan mengelabui tim pengawas independent. 

Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya. Setiap upacara bendera aku mendengar bahwa sekolah-sekolah Indonesia sedang menggalakkan pendidikan karakter. Karakter itu apa?  Aku semakin tidak mengerti. Aku hanya ingin jadi Ahli Pesawat terbang seperti Pak Habibie. Sekolah ke luar negeri untuk pulang membangun bumi pertiwi. Sekarang aku baru akan naik kelas enam. Aku harus masuk SMP dan SMA  atau sederajat sebelum bisa sekolah ke Jerman untuk menjadi ahli Pesawat terbang. Tapi aku harus sekolah kemana Bu Guru?   Aku ingin menjadi Ahli Pesawat terbang sekaligus menjadi umat kesayangan Nabi. Menjadi anak baik, jujur dan cinta pada kebenaran. Aku ingin kalau nanti aku besar, koruptor sudah tidak ada lagi di muka bumi. Aku ingin negeriku sejahtera dan makmur. Tapi aku harus sekolah kemana Bu Guru?  Katanya sekolah itu tempat membuat orang bodoh menjadi pintar. Merubah orang  menjadi baik. Mengajari menyelesaikan masalah. Dan membimbing seseorang dapat menyiapkan diri meraih cita-cita.  Bu Guru, dimanakah sekolah itu? Masih adakah sekolah itu? Apakah  sekolah itu?


Fauziah Fauzan EL Muhammady
Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang