Kita pahami dulu apa itu yang kita sebut dengan awan, awan adalah sekumpulan titik-titik uap air yang terkumpul di bawah
lapisan atmosfir yang berbentuk gumpalan seperti asap, berwarna putih
hingga kelabu dan terkadang dapat menurunkan hujan.
Kita umpamakan titik air itu seperti usaha-usaha yang telah kita lakukan, baik atau buruk.
Titik-titik air yang kita hasilkan makin lama makin banyak dan terkumpul, perlahan tapi pasti. Dan suatu saat akan menyentuh suatu bentuk yang kita sebut sebagai awan, baik titik-titik air itu terbentuk dengan cara yang panas yang di ilmu fisika disebut evaporasi ataupun terbentuk dengan cara yang dingin yang disebut juga proses kondensi.
Awan atau kumpulan air yang kita hasilkan akan kembali ke kita sebagai kumpulan air yang jumlahnya bisa menjadi lebih banyak dalam bentuk hujan. Dan hujan yang kembali ke kita tergantung dari usaha ataupun tindakan yang kita hasilkan, seperti :
hujan kebaikan,
hujan kebatilan,
hujan kasih sayang,
hujan buah cinta, ataupun
hujan-hujan lainnya.. terserah kita mau menamai apaan
Namun awan yang kita hasilkan itu juga bisa jadi tidak akan menghasilkan apa-apa, kumpulan titik air tersebut akan tercerai beraikan dan tidak kembali menjadi titik-titik air milik kita lagi. Awan tersebut akan pecah oleh angin, angin yang sangat kencang dan berpusar. Angin yang mengurung awan dari segala arah, yang akhirnya mencabik dan merobek-robeknya menjadi pecahan-pecahan kecil serta menjadi awan-awan yang lain
Darimanakah angin tersebut berasal?
dari kecongkakan kita,
dari kesombongan kita,
dari mulut dan lidah kita,
dari tindakan kita,
dari perilaku kita,
Yaahh.. itu semua membuat kita lupa diri, menjadikan kita orang yang terlalu percaya diri. Sehingga kita tidak lagi mendengar kritik, masukan, bahkan tidak lagi bisa merasakan sentuhan kasih ataupun cinta dan kasih dari sekitas kita.
Ketenaran dan Kesuksesan seperti Awan, dimana bisa seketika hancur dan sirna hanya dengan berlintasnya angin yang meniupnya. Ketenaran dan Kesuksesan yang kita hasilkan dengan segala jerih dan payah kita, tidak bisa kita nikmati dan semua dikarenakan oleh kita yang lupa diri
Terbentuklah kalimat terakhir, "Tetaplah hati kita dibawah, meskipun kita sedang diatas"