Mentari telah
menunjukkan lelahnya, sinarnya yang temaram hendak berselimutkan malam. Kereta
api Kedung Sepur membawaku dari ibukota Jawa Tengah ke sebuah kota kecil yang
sering disebut sebagai kota wali. Kereta ini memiliki rute dari Weleri, Kaliwungu,
Mangkang, Semarang Poncol, Alastua, Brumbung dan berakhir di Gubug. Brumbung
adalah stasiun yang ingin aku tuju, tidak ada tujuan tempat yang pasti dalam
perjalanku kali ini, aku hanya ingin mengunjungi beberapa masjid di kota wali.
Suasana kereta begitu
rame dan riuh dengan beberapa celotehan dan senda gurau penumpang kereta yang
sepertinya mereka sudah tiap hari menggunakan kereta ini untuk pulang pergi.
Suasana kereta yang rame, sama sekali tidak mengusik diriku dari kesunyian yang
saat ini aku rasakan. Sesekali ibu di sebelahku mengajakku ngobrol dan lambat
laun obrolan dia menyadarkanku bahwa aku tidak boleh ego dan tenggelam dalam
kesunyianku.
Ibu itu bercerita
kenapa dan alasan dia pergi ke ibukota Jawa Tengah, dia mencari suaminya yang
sudah lebih 2 minggu tidak pulang ke rumahnya setelah terjadi pertengkaran
besar diantara mereka. Suaminya yang bekerja sebagai buruh pabrik di ibukota
Jawa Tengah itu, biasanya selalu pulang setiap minggu. Beberapa bulan terakhir
si ibu merasa ada keanehan pada suaminya, dia merasa ada pihak ketiga (wanita
lain) diantara dia dan suaminya. Sampai suatu saat dia secara tidak sengaja
mendengar suaminya menerima telepon dan suara diseberang seperti suara wanita,
setelah itu dia coba cek handphone suaminya dan dia temukan beberapa SMS dan
banyak history call-nya dengan wanita tersebut. Dan meledaklah kecurigaan yang
selama ini dia simpan, suaminya menghindar dan pergi setelah terjadi adu mulut
diantara mereka. Ternyata setelah dia cek ke tempat suaminya bekerja, suaminya
telah pindah kerja sejak 2 bulan yang lalu dan nomer telepon suaminya tidak
bisa dihubungi/mati.
Aku hanya bisa
mendengar dan bisa merasakan kesedihan serta sakit yang dirasakan ibu tersebut,
tidak ada yang bisa aku lakukan selain bilang untuk bersabar dan mengadu kepada
Allah SWT. Karena hanya DIA-lah tempat terbaik untuk mengadu dan tidak akan
mungkin DIA memberikan cobaan yang umatnya tidak akan mampu menerimanya. Bersyukurlah
karena sudah dibukakan mata kita atas kenyataan apa yang terjadi saat ini,
meskipun terlalu cepat bagi ibu tersebut dan terlalu pahit dirasakannya, namun
itulah hal terbaik yang ditunjukkan-NYA.
Kamipun terpisah di stasiun
Brumbung tujuan perjalananku, sedangkan ibu itu masih melanjutkan perjalanannya
sampai stasiun Gubug.
Sebuah cerita yang
mungkin sudah biasa kita dengar dan sering kita lihat, sebuah kejadian yang
kembali mengingatkan kita untuk terus selalu belajar apa itu ikhlas dan bagaimana
untuk bersikap ikhlas.
Tidak ada yang bisa
menebak isi hati seseorang dan tidak ada yang bisa memegang sebuah hati. uhTidak
ada yang bisa menebak kapan cinta itu datang dan pada saat dia datang akan
sangat sulit kita menolaknya. Siapapun bisa suka sama seseorang, atau bisa juga
suka sama adiknya, kakaknya, saudaranya, atau juga bahkan suka sama ayah/ibu-nya.
Tinggal bagaimana orang tersebut menyikapi saat rasa suka dan cinta itu datang.
Bila cinta itu ingin
pergi, tidak akan ada juga yang bisa menghalanginya. Usaha apapun yang
dilakukan untuk menahannya, jika dia tidak ada keinginan disamping kita dan dia
tidak berada disisi kita, yang terjadi akan sakit dan saling menyakiti. ( baca
: ketika rasa cinta berubah menjadi benci, http://goo.gl/WsDQES
)
Bila cinta itu pergi,
bukan saatnya kita tetap diam dan melihat kepergian dia beserta janji yang
telah dia berikan ke kita. Tapi itu adalah saat yang tepat bagi kita untuk
segera melihat apa yang akan kita hadapi selanjutnya dan bukan lagi melihat apa
yang sudah kita hadapi. Jadikan kepergian dia sebagai pembelajaran kita untuk
kedepannya, barangkali itu sebagai pembelajaran atau karma atas apa yang pernah
kita lakukan dan mungkin juga dia bukanlah individu terbaik bagi kita.
Banyak hal yang aku
temui dalam perjalananku kali ini, namun kebisingan dunia belum bisa mengusikku
dari rasa sunyi ini.
Beberapa hal yang aku
dapat dari perjalananku kali ini dan satu hal yang utama adalah kemurnian hati tidak
akan dapat dinilai dari penampilan dan sikap dia saat ada disisi kita.
Kemurnian hati bisa dilihat dari perkataan atas lisannya yang bisa dipercaya,
sikap yang bisa meneduhkan hati dan perbuatan yang menjaga kepercayaan.
cinta tidak akan
merubah hal yang tunduk menjadi angkuh…
atau merubah hal yang
lembut menjadi amarah…
atau merubah hal yang
sejuk menjadi gerah…