Matahari masih berada di peraduannya
dan saat itu akupun masih terlelap menemani sang matahari, sampai kemudian
terdengar suara yang keras dan gaduh.
“Praaannkkk…!!!” terdengar suara
benda dilempar dan pecah menemui dinding yang keras
“Bangsat kamu Bang! Dasar gak tahu
diri dan gak tahu malu…” begitulah terdengar teriakan suara wanita di seberang
sana.
Hanya suara itulah yang aku dengar
dengan jelas di waktu yang masih gelap, hampir setiap hari mereka terdengar
selalu rebut, apapun masalahnya dan tidak mengenal waktu pagi, siang, malam
ataupun masih dini hari seperti ini.
Apakah mereka selamanya akan melewati
hari dengan keributan? Apakah mereka tidak lelah? Tidak sadarkah mereka bahwa
waktu akan terus mengambil hari yang mereka miliki? Mungkin secara tidak sadar
kita juga melakukan hal yang sama seperti mereka, walaupun dengan kondisi yang
berbeda. Hari-hari kita lewati begitu saja tanpa ada apapun yang kita kerjakan,
atau apa yang kita kerjakan tidak membuat sesuatu yang berarti bagi kita atau
orang-orang disekitar kita, atau kita hanya melakukan kesia-siaan.
Apakah kita pernah melakukan
muhasabah terhadap diri dan keseharian kita? Pernahkan kita melihat
lembaran-lembaran hari atau lembaran-lembaran waktu yang telah kita lalui?
Dengan tindakan atau perbuatam atau dengan amalan apa setiap lembar hati dan
waktu itu kita mulai atau kita tutup?
Bukankah sebuah cerita yang menarik
dan enak diceritakan berulang-ulang dan turun temurun, adalah sebuah cerita
yang baik dan penuh suri tauladan? Apakah lembaran-lembaran hari dan waktu kita
sangat menarik untuk selalu diceritakan dan didengar sepanjang waktu?
Bakr
Al Muzani berkata, "Tidak ada satu hari pun yang
dikeluarkan oleh Allah ke dunia, kecuali berkata, 'Wahai anak Adam,
manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada hari lagi buatmu setelahku.'
Dan tidaklah ada malam, kecuali berseru, 'Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku.
Karena mungkin saja tidak ada malam lagi bagimu setelah aku' ”
Iya… hari bukanlah milik kita dan
malampun juga bukan milik kita, berapa waktu yang telah kita lewati dan
semuanya adalah kesia-siaan. Teramat sedikit orang yang melakukan muhasabah
terhadap dirinya, serta mengetuk hati dan jiwanya dengan cambuk muhasabah.
Matahari memang senantiasa terbit
dan tenggelam setiap harinya dan kita bisa saksikan bagaimana geliat pagi dia
yang mempesona dan senyum jingga saat dia menuju ke peraduannya. Tetapi
apakah kita akan
dan telah menghisab diri kita sendiri pada suatu
hari? Amal shalih apakah yang hendak dan telah kita perbuat?
Amal apakah yang akan kita hadirkan untuk hari ini? Memang
benar, umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Sadarkah
kita, bahwa keseharian kita akan senantiasa
dihitung dan ditulis pada hari-hari itu.
Allah SWT
berfirman:
"Dan diletakkanlah
kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa
yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata : ‘Aduhai
celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak
(pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya’;
dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak
menganiaya seorang jua pun." (Al Kahfi : 49).
"Padahal
sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),
yang mulia (di sisi Allah SWT) dan yang mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(Al Infithaar : 10-12)
Sungguh
merugilah kita atas
hari-hari yang telah berlalu dalam
kesia-siaan dan tidak berada dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Matahari yang terbit di tengah hari-hari kita,
kita sambut dengan perbuatan-perbuatan mungkar dan ketika tenggelamnya ditutup
pula dengan kemungkaran. Apakah kita sebagai makhluk
berakal, akan selamanya kecolongan?
Hari bukanlah milikmu, janganlah
kita sia-siakan hari yang kita lewati. Manfaatkan hari-hari yang kita lalui
dengan perbuatan-perbuatan yang membawa kebaikan dan memiliki arti bagi diri
kita dan orang-orang sekitar kita. Selalu manfaatkan hari-hari kita dengan
menabung amal shalih, serta gunakan setiap kesempatan kita untuk bertaubat dan
kembali kepada Allah SWT.
Janganlah lagi kita habiskan hari-hari kita
bersama dunia dalam kelalaian dan kesia-siaan. Seringkali kita lalai karena
dunia beserta mimpi-mimpi dan keindahannya, bahkan dunia telah menghalangi
mereka dari jalan kebenaran yang hakiki meskipun kita mengetahuinya. Sementara
dunia terus memperpanjang khayalan-khayalan kita.
Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang
berbalik kepada (kekafiran) setelah petunjuk yang jelas bagi mereka, setanlah
yang merayu mereka (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.”
(Muhammad : 25)
Al
Hafidz Ibnu Hajar berkata : "Yang akan terlahir karena
banyaknya berangan-angan adalah kemalasan menjalankan ketaatan,
menunda-nunda taubat, ambisi terhadap dunia, lupa akhirat, serta mengeraskan
hati. Karena kelembutan dan kejernihan hati terbentuk hanyalah dengan mengingat
kematian, alam kubur, pahala, dosa dan dahsyatnya hari kiamat."
Dimanakah kita berdiri saat ini?
Apakah kita termasuk orang-orang yang memperhatikan hari esok? Ataukah kita
termasuk orang-orang yang terlena dan terlalaikan oelh angan-angan kosong?
Sungguh celakalah kita bila kita diantara orang-orang yang mensia-siakan hari,
karena hari itu bukanlah milik kita.
Sesungguhnya orang yang beruntung
adalah orang-orang yang bisa memanfaatkan hari dan orang-orang yang bisa selalu
berbuat yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang disekitarnya
disetiap saat. Dan jika kita termasuk orang-orang bisa memanfaatkan hari, maka
faedahnyapun akan kembali ke
diri kita sendiri.
Termasuk yang manakah dirimu?
Setelah kita tahu, hari bukanlah milikmu…
Ingatlah bahwa esok kita belum tentu akan menemui hari atau malam, setelah yang kita lewati saat ini...