sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

15 October 2014

hari bukanlah milikmu



Matahari masih berada di peraduannya dan saat itu akupun masih terlelap menemani sang matahari, sampai kemudian terdengar suara yang keras dan gaduh.

“Praaannkkk…!!!” terdengar suara benda dilempar dan pecah menemui dinding yang keras
“Bangsat kamu Bang! Dasar gak tahu diri dan gak tahu malu…” begitulah terdengar teriakan suara wanita di seberang sana.

Hanya suara itulah yang aku dengar dengan jelas di waktu yang masih gelap, hampir setiap hari mereka terdengar selalu rebut, apapun masalahnya dan tidak mengenal waktu pagi, siang, malam ataupun masih dini hari seperti ini.

Apakah mereka selamanya akan melewati hari dengan keributan? Apakah mereka tidak lelah? Tidak sadarkah mereka bahwa waktu akan terus mengambil hari yang mereka miliki? Mungkin secara tidak sadar kita juga melakukan hal yang sama seperti mereka, walaupun dengan kondisi yang berbeda. Hari-hari kita lewati begitu saja tanpa ada apapun yang kita kerjakan, atau apa yang kita kerjakan tidak membuat sesuatu yang berarti bagi kita atau orang-orang disekitar kita, atau kita hanya melakukan kesia-siaan.

Apakah kita pernah melakukan muhasabah terhadap diri dan keseharian kita? Pernahkan kita melihat lembaran-lembaran hari atau lembaran-lembaran waktu yang telah kita lalui? Dengan tindakan atau perbuatam atau dengan amalan apa setiap lembar hati dan waktu itu kita mulai atau kita tutup? 

Bukankah sebuah cerita yang menarik dan enak diceritakan berulang-ulang dan turun temurun, adalah sebuah cerita yang baik dan penuh suri tauladan? Apakah lembaran-lembaran hari dan waktu kita sangat menarik untuk selalu diceritakan dan didengar sepanjang waktu?

Bakr Al Muzani berkata, "Tidak ada satu hari pun yang dikeluarkan oleh Allah ke dunia, kecuali berkata, 'Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada hari lagi buatmu setelahku.' Dan tidaklah ada malam, kecuali berseru, 'Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada malam lagi bagimu setelah aku'

Iya… hari bukanlah milik kita dan malampun juga bukan milik kita, berapa waktu yang telah kita lewati dan semuanya adalah kesia-siaan. Teramat sedikit orang yang melakukan muhasabah terhadap dirinya, serta mengetuk hati dan jiwanya dengan cambuk muhasabah.
Matahari memang senantiasa terbit dan tenggelam setiap harinya dan kita bisa saksikan bagaimana geliat pagi dia yang mempesona dan senyum jingga saat dia menuju ke peraduannya. Tetapi apakah kita akan dan telah menghisab diri kita sendiri pada suatu hari? Amal shalih apakah yang hendak dan telah kita perbuat? Amal apakah yang akan kita hadirkan untuk hari ini? Memang benar, umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Sadarkah kita, bahwa keseharian kita akan senantiasa dihitung dan ditulis pada hari-hari itu.

Allah SWT berfirman:
"Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata : Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun." (Al Kahfi : 49).

"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah SWT) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Infithaar : 10-12)

Sungguh merugilah kita atas hari-hari yang telah berlalu dalam kesia-siaan dan tidak berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Matahari yang terbit di tengah hari-hari kita, kita sambut dengan perbuatan-perbuatan mungkar dan ketika tenggelamnya ditutup pula dengan kemungkaran. Apakah kita sebagai makhluk berakal, akan selamanya kecolongan?

Hari bukanlah milikmu, janganlah kita sia-siakan hari yang kita lewati. Manfaatkan hari-hari yang kita lalui dengan perbuatan-perbuatan yang membawa kebaikan dan memiliki arti bagi diri kita dan orang-orang sekitar kita. Selalu manfaatkan hari-hari kita dengan menabung amal shalih, serta gunakan setiap kesempatan kita untuk bertaubat dan kembali kepada Allah SWT.

Janganlah lagi kita habiskan hari-hari kita bersama dunia dalam kelalaian dan kesia-siaan. Seringkali kita lalai karena dunia beserta mimpi-mimpi dan keindahannya, bahkan dunia telah menghalangi mereka dari jalan kebenaran yang hakiki meskipun kita mengetahuinya. Sementara dunia terus memperpanjang khayalan-khayalan kita.  

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berbalik kepada (kekafiran) setelah petunjuk yang jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.” (Muhammad : 25)

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata : "Yang akan terlahir karena banyaknya berangan-angan adalah kemalasan menjalankan ketaatan, menunda-nunda taubat, ambisi terhadap dunia, lupa akhirat, serta mengeraskan hati. Karena kelembutan dan kejernihan hati terbentuk hanyalah dengan mengingat kematian, alam kubur, pahala, dosa dan dahsyatnya hari kiamat."

Dimanakah kita berdiri saat ini? Apakah kita termasuk orang-orang yang memperhatikan hari esok? Ataukah kita termasuk orang-orang yang terlena dan terlalaikan oelh angan-angan kosong? Sungguh celakalah kita bila kita diantara orang-orang yang mensia-siakan hari, karena hari itu bukanlah milik kita.

Sesungguhnya orang yang beruntung adalah orang-orang yang bisa memanfaatkan hari dan orang-orang yang bisa selalu berbuat yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang disekitarnya disetiap saat. Dan jika kita termasuk orang-orang bisa memanfaatkan hari, maka faedahnyapun akan kembali ke diri kita sendiri.

Termasuk yang manakah dirimu? Setelah kita tahu, hari bukanlah milikmu…
Ingatlah bahwa esok kita belum tentu akan menemui hari atau malam, setelah yang kita lewati saat ini...