“Surprise..
surprise.. surprise.. coba tebak aku dimana?” tiba-tiba aku dengar suaramu dari
nomer yang asing.
“Kamu di Jakarta?”
selidikku
“Kurang tepat.. coba
tepatnya dimana?”
“Di Bandung?” tanyaku
lagi
“Makin salah… kamu
keluar sekarang yaa…” aku makin bingung dengan jawabanmu
“Aku di depan
kantormu…”
Emang benar-benar
surprise, karena sebenarnya yang aku harapkan di depan kantorku dan menjemput
aku bukan dirimu. Kau datang bersama mama dan papa, senyum dan sapamu masih
tidak berubah. Benar-benar masih seperti 6 tahun lalu saat kita berpisah dan masih
melekat dalam ingatanku pertemuan sesaat kita di Vientiane beberapa minggu
lalu.
Benar-benar makan
malam yang sangat menyenangkan bersama kalian, kita selalu bisa bercanda,
diskusi dan menceritakan hal-hal yang kita lalui dimana mama/papa, kamu dan aku
tidak di tempat dan waktu yang sama. Banyak hal-hal yang menjadi beban kita,
bisa kita share dan saling memberi dukungan serta jalan keluar. Kembali
iingatanku ke masa 6-11 tahun silam, saat kita masih bersama dengan segala
keterbatasan dan masa-masa yang tetap terkenang indah. Terimakasih mama,
terimakasih papa… karena kalian sempat memberikan aku waktu untuk menjadi
bagian dari kalian dan belajar banyak hal.
Serta special juga
aku ucapkan terimakasih untuk Vienna-ku, yang meskipun banyak hal yang tidak
sempurna atas kebersamaan kita. Perhatianmu masih sangat terasa, meskipun kau
tahu bahwa hati ini bukan milikmu lagi. Ketulusanmu sangat terasa dari tatapan
matamu yang masih sangat meneduhkan hatiku, serta senyum dan tutur katamu
terasa sangat menyegarkan hatiku yang teramat lelah.
Kehadiranmu telah
melengkapi dan membuka kembali mata aku, bahwa hati tidak akan bisa dipisahkan
oleh jarak dan waktu. Dari kalimat dan kekhawatiranmu yang membuat kau tempuh
jarak waktu kurang lebih 20 jam, seolah tidak ada yang bisa membatasi sebuah
keyakinan. Dan aku masih teringat kalimat Batuo Shi yang mungkin berhimpitan, “Seorang
Raja yang tidak mengenal rakyatnya, dia hanyalah seorang Raja dan dia tidak
akan bisa menjadi seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin yang mengenal
rakyatnya akan memiliki hati dalam setiap langkah dan pemikirannya. Dengan hati
sang Raja akan memiliki cinta, karena cinta itu untuk saling mengisi dan bukan
untuk mengemis ataupun meminta. Cinta itu tidak merubah seseorang, tapi
seseorang akan berubah untuk kebahagiaan cintanya. Cinta bukan sebuah
kepura-puraan, karena cinta adalah sebuah ketulusan dan keindahan berbagi.”
Bila Raja dan rakyat saling memiliki hati, mereka akan memiliki sebuah ikatan
yang sangat kuat dan ikatan yang kuatlah yang bisa membangun dan merubah sebuah
negara menjadi surga.
Dan satu hal lagi
yang kalimat Batuo Shi bila kita dihadapkan pada sebuah masalah, “Bila beban
itu sudah semakin berat dan melelahkan, letakkan dan lihatlah yang menjadi
beban kita. Agar kita bisa melihat dengan jelas apa itu sebenarnya, apakah
memang masih bisa kita perjuangkan sampai akhir atau apakah itu akan
terselesaikan oleh waktu ataukah memang harus kita lepas dan lupakan.” Dan
inilah yang juga pernah kita lakukan, sekarangpun kembali aku melakukannya.
Terimakasih buat
semuanya yang selalu ada buat aku di kondisi apapun dan terutama disaat aku
yang sedang rapuh seperti ini, kalian benar-benar merupakan orang-orang terbaik
yang aku miliki. Terimakasih buat yang sudah jauh-jauh dari Vienna, mama dan
papa atas waktu dan makan malamnya yang sungguh menyenangkan. Terimakasih buah
Shinzi dan Li atas trip-nya yang akhirnya mempertemukan aku dengan Batuo Shi.
Minggu yang sangat
melelahkan, membahagiakan dan complicated.