Perjalanan
mudik dan lebaran tahun ini ada beberapa kejadian janggal dan aneh yang aku
temuin sepanjang jalan. Mulai dari
seorang anak yang dekat dan terasa kenyamanan dalam pelukanku, padahal
kami tidak kenal sebelumnya. Sebuah mimpi dimana aku pergi ke sebuah kota dan
disana aku merasakan kenyamanan serta ketenangan hati. Bertemu dengan dua orang
bapak-bapak tua yang tidak aku kenal, dalam pertemuan yang sangat singkat
tersebut ada kalimat mereka meninggalkan tanda tanya besar di dalam diri.
Bapak
tua yang pertama yang aku temui saat sahur di daerah Batang, pertemuan yang
tidak sampai 5 menit itu ada sebuah kalimat membuatku penasaran setelah
pertemuan dengan bapak tua yang kedua, “Ikhlaskan saja yang menjadikan beban
dan membuat berat langkah kita, suatu saat nanti dia akan mengerti dan menyesal
atas pengingkaran terhadap kebahagiaan yang mas tawarkan”. Entah aku yang lupa
atau bagaimana, kenapa “dia” bukan ”mereka atau orang-orang atau…” dan kenapa
dipenggalan kalimat depan menggunakan kata “kita” dan di penggalan kalimat
kedua dengan kata “mas”.
Bapak
tua yang kedua yang menemui aku saat sholat subuh, ashar dan terakhir temenin
aku jalan pulang dari sholat ied. Si Bapak malah ingin ikut sama aku, dia bisa
membantu apa saja dan katanya tidak usah di gaji tidak apa-apa, cukup bisa
tinggal sama aku dan makan seadanya saja. Saat berulang kali aku bilang, “Maaf..
Saya belum bisa menerima Bapak, karena saya saat ini hanya kost”. Namun si
Bapak beberapa kali pula bilang, “Mungkin saya belum beruntung untuk memperoleh
kebahagiaan saya, karena saya yakin saya akan mendapatkan ketentraman dan
kebahagiaan saya bila sama nak mas” dan aku hanya tersenyum sambil sekali lagi
minta maaf.
Kalimat
kedua Bapak tersebut sangat ada kemiripan, namun kalimat bapak yang kedua terlalu
tinggi menyanjungku, dengan seolah mengatakan bahwa aku sumber kebahagiaan dia.
Aku tidak menyalahkan atas
pemikiran dia, karena mungkin dia sangat ingin bisa bersama aku, namun
pemikiran itu sangat tidak tepat.
Karena yang aku pahami
dan setelah aku cari-cari di internet, bahwa tidak ada sesuatu yang bisa
membahagiakan jiwa, serta membersihkan dan menyucikannya atau membantunya
bahagia dan mengusir kegundahannya, selain iman. Keimanan kepada Allah SWT.
“Siapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dan dia” beriman”, maka
pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang bahagia. Sesungguhnya Kami
akan memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan” (QS An Nahl ayat 97)
Imam Syafi’i berkata : “Iman adalah keyakinan
seseorang kepada Allah dalam hati, diucapkan dengan lidah dan dipraktekkan
dengan anggota badan”
Abraham Maslow dan Ian Marshal juga membuktikan bahwa 80% kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan spiritual, selainnya adalah factor
lain. Iman adalah kekuatan dalam diri kita, iman adalah energy
jiwa kita, dan bila jiwa kita kuat, maka semua yang diluar kita akan mudah ditaklukkan. Kita dengan mudah dapat menyelesaikan masalah-masalah diluar kita, bila masalah-masalah
di dalam diri kita dapat dengan mudah anda taklukkan. Bahkan dunia dapat
kita taklukkan dengan energy
iman yang kita milki, Alexis De Tocqueville berkata: “Dunia adalah
milik mereka yang memiliki lebih banyak energy”
Dan pada satu titik yang
berlawanan, awal penderitaan adalah tatkala kita merasa telah menyembah Tuhan
dan ternyata sebenarnya kita justru menyembah diri sendiri. Karena kita tunduk
sama pemikiran diri sendiri, bukan tunduk pada Tuhan dan agamanya. Bukannya
akhirat yang menjadi tujuan utama kita, namun dunia sebagai tujuan utamanya.
Pada kondisi seperti ini sebenarnya kondisi keimanan kita sangat lemah, kita
akan merasa cepat lelah, mudah sakit dan merasa sempit dalam kehidupan
sehari-hari (berlimpah tapi akan selalu merasa kurang). Inilah yang dimaksud
dalam QS Thaha ayat 124, “Siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya kehidupan
yang sempit”
Fenomena seperti ini
sering kita temui dalam kehidupan bermasyarakat, saat semua peringatan
dimentahkan. Bahkan yang sudah berkeluarga, kehidupan keluarganya tidak terasa
nyaman, anak-anaknya yang susah diatur dan segala sesuatunya selalu terasa
kurang atau selalu terasa lapar. Tidak akan ada yang memuaskan akan apa yang
ada dimilikinya atau tidak akan pernah merasa kenyang akan apa yang dimakannya.
Itu tidak lain karena dampak daripada rizqi yang di dapatkan bukan dari cara
atau tempat yang halal. Rasulullah telah bersabda: “ Tiada mendatangkan faedah bagi daging yang tumbuh dari sumber yang haram, melainkan nerakalah tempat yang sewajarnya bagi daging itu.” (HR Imam Turmudzi)
Maka tanpa keraguan lagi,
untuk kita memiliki iman atau sumber kebahagiaan itu maka kita agar selalu
mencari Rizqi dari cara dan tempat yang halal. Demikian juga Islam yang kita anut telah menganjurkan
agar kita berusaha dengan tekun dan memberikan yang terbaik. Sebagai
umat yang menjadi panutan sudah sewajarnya kita menunjukkan bahwa setiap
usaha kita adalah yang terbaik yang akan membuahkan hasil yang baik
juga.
Karenanya,
Iman membuat kehidupan menjadi indah dan dinamis,
Iman membawa jiwa pada
ketenangan dan kebahagiaan,
iman membuat hidup terasa ringan, nyaman dan dimudahkan dalam segala hal
Karena,
Iman adalah semangat
Iman adalah kehidupan
Dan imanlah sumber kebahagiaan
itu