Akhirnya
sang senjapun menjemput malam, tatkala kelam merasuk hari dan malam meneguk
pagi. Semua telah hilang, lenyap dan senyap
Buat apa
kau lukiskan secercah sinar…?! Saat pagi nan indah kau lukis kelam…
Buat apa
kau sapukan warna pelangi…?! Saat hari kau taburkan warna hitam…
Untuk apa
kau dendangkan harapan…?! Saat kau dengarkan nyanyian lagu nyinyiran…
Untuk apa
kau tarikan keinginan…?! Saat kau lemparkan selendang mimpi…
Biarkan
aku sendiri, aku hanya ingin sendiri.. melepaskan senja dan berselimut malam
kelam
Semua
mimpi yang pernah tertulis, perlahan luruh dan lebur bersama serpihan hati yang
larut bersama warna merah dari luka yang tak kunjung mengering
Apakah
memang sudah takdir, seperti yang kau ucapkan
Saat
janji tidak bisa berujung kenyataan
Apakah
memang sudah takdir, seperti yang kau yakini
Saat
muncul kata-kata saling menyakiti
Namun yang aku tahu, sebuah
takdir yang pasti adalah tidak ada yang kekal... saat keyakinan kita hanya
sebagian dan kita tidak memahami tiada karena ada serta ada karena tiada. Seperti
saat manusia yakini adanya kehidupan, maka kehidupan dia akan berakhir pada
kematian. Namun bagaimana jika kita yakin akan kematian, bukankah kita akan
menjemput sebuah kehidupan?
Sepertinya
keyakinan kita memang berbeda, saat kau yakin akan kehidupan (duniawi) saat ini
dan maka kau akan bertemu dengan akhir dari kehidupan itu sendiri. Namun
keyakinanku adalah hidup adalah mati itu sendiri dan kematian adalah hidup itu
sendiri, karena yang aku pahami adalah manusia hidup itu untuk hidup dan bukan untuk mati. (http://goo.gl/lO9ZM)
Kini,
ingin aku istirahat.. lelahku setelah sekian lama kugenggam senja, biarlah kini
dia istirahat berganti malam.
Kini,
ingin aku tertidur.. melepas rasa perih dan pedih atas luka yang tidak kunjung mongering.
Biarkan
aku sendiri berselimut malam yang sepi dan senyap, ingin kunikmati rasa dingin
akan malam.
Senja, jumputlah
sang malam
Ingin
kembali aku rasakan hangat pelukanNYA dimalam pekat