Waktu dan jaman telah berubah,
kedua hal itu dalam sebuah masa generasi biasa kita sebut era. Pola pikir,
budaya, social, ekonomi dan gaya hiduppun makin bergeser dari keteraturan
menjadi ketidak teraturan, era keterbukaan semakin menuntut kita untuk selalu
dinamis dalam berpikir. Namun bila cara berpikir kita tidak diiringi dengan pola
yang teratur dan sistematis, maka akan semakin liar dan peradaban moralpun akan
hilang.
Semua hal akan terbalik,
kebenaran akan tampak salah ataupun hal yang salah akan tampak benar, karena
adanya ketidak puasan dan keinginan sebuah nilai dari sudut pandang social atau
orang lain disekitarnya. Yang memperjuangan kebenaran akan tampak aneh dan
perlahan tergerus untuk kemudian divonis bersalah.
Yang mungkin saat ini sering
kita dengar kata reformasi atau revolusi, namun pada prosesnya perubahan itu
membawa korban yang tidak sedikit. Baik itu korban secara fisik (nyawa, harta,
keluarga, dsb) yang tampak ataupun korban secara non fisik (akal, culture, pola
pikir, budaya dsb) yang tidak nampak dan sulit dinilai. Semua dikarena
reformasi dan revolusi pola berpikir tidak “in to out”, tapi hampir semuanya adalah
“out to in”, ini adalah era “take and give”.
Lantas kapankah era “give generation”? Mari bersama kita lakukan reformasi
hati atau revolusi hati. Iyaa…. hati kita sendiri!!
Dulu manusia untuk menempuh jarak ratusan atau
ribuan kilometer, memerlukan beberapa hari jalan kaki. Namun saat ini hanya
memerlukan beberapa jam dengan kendaraan bermotor dan bahkan lebih cepat sampai
tujuan dengan menggunakan pesawat. Saat ini meskipun posisi seseorang terpisah
oleh tempat, jarak dan waktu, bisa langsung berkomunikasi via telpon atau email
atau internet.
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
memanjakan kita, dunia semakin maju dan semakin sempit. Seolah dunia ini
menuntut kita untuk selalu mengikuti dan memahaminya, tuntutan jaman semakin
keras menuntut generasi-generasi saat ini. Sehingga kita mengalami stress yang
mungkin tidak dialami generasi sebelum kita.
Dalam mengatasi stress ini kita dimanjakan
dengan beraneka ragam fasilitas hiburan, relaksasi, rekreasi atapun
aktifitas-aktifitas lain yang bisa mengurangi ketegangan atau kebosanan kita,
seperti olahraga, panjat gunung dan lainnya yang menantang adrenalin tertinggi kita.
Bahkan tidak sedikit yang akhirnya terjebak dalam aktivitas yang negative,
seperti minuman keras dan obat-obatan terlarang.
Dan tanpa sadar kita yang menghilangkan
ketegangan dan kebosanan pada hal-hal diatas yang bersifat sementara. Kita
seperti meminum air laut, semakin kita teguk dan nikmati, semakin haus rasanya.
Kita akan tenggelam dalam keinginan pribadi, kita akan makin tenggelam dalam
kebanggaan pribadi, tidak akan ada kepuasan pada diri kita.
Sekarang coba kita melihat ke diri kita sendiri
secara jujur, sebenarnya darimana semua masalah dan ketegangan itu timbul?
Mungkin kita bisa sepakat, bahwa diri kita sendirilah yang menyebabkannya. Dan
setelah kita ketahui penyebabnya, hanya diri kita sendiri juga yang bisa
menyembuhkannya.
Sebenarnya hati kitalah pemimpinnya dan pikiran
kitalah pelopornya, hati dan pikiran kitalah yang mengendalikan diri kita. Manusia
yang bisa mengendalikan hati dan pikirannya-lah yang akan mendapatkan
kebahagiaan. Jaman boleh berubah, dunia boleh bertambah semakin maju dan
modern, tapi semua permasalahan dari dulu sampai sekarang berawal dari hati dan
pikiran kita. Semakin kita latih dan bekali hati dan pikiran kita dengan
berbagai masalah dan tekanan, maka kita akan semakin bisa mengendalikan diri
kita dan tidak akan mudah tegang atau bosan dan menyalahkan hal lainnya diluar
kendali diri kita.
Sulit? Iyyaa…. Latihan ini bukanlah program
sesaat, sehari, seminggu, sebulan, atau beberapa tahun, latihan ini merupakan
program seumur hidup. Reformasi/revolusi hati inilah yang nantinya tidak hanya akan membawa seseorang mampu mengatasi masalahnya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi dapat membawa seseorang
pada pemahaman yang sejati dari semua yang ada.
Reformasi/revolusi hati ini harus dimulai dengan mengubah pola pikir kita bahwa semua permasalahan berasal dari diri kita sendiri, dan akan mengantar kita pada sikap sabar dan
toleran. Ini merupakan suatu hal yang sangat mudah untuk
diucapkan, namun sangat sulit untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah
kita dapat mengubah pandangan salah kita, maka kita akan menjadi lebih mudah dalam menjalani latihan
untuk mengendalikan pikiran kita sendiri.
Pusat kesalahannya adalah di ego dan kita akan
jumpai kesalahan yang sangat klasik, dimana biasanya disetiap ketegangan dan
kebosanan selalu timbul saat kita berpikir, ”apa yang bisa kita dapatkan?” Dan
ini akan membuat kita menjadi seseorang yang tidak produktif, tidak pernah
puas, tidak pernah bersyukur dan tidak akan memiliki ketenangan. Dan yang pada
diposisi paling akut adalah saat kita menginginkan sesuatu, kita berani menjual
janji dan kita dengan mudahnya menjanjikan sesuatu, dimana pada saat tertentu
kita tidak akan sanggup memenuhi janji tersebut dan tidak sedikit orang stress karenanya.
Reformasi/revolusi hati dan cara berpikir,
dengan sebuah bentuk keikhlasan dalam setiap tindakan dan sikap, yang dilatar belakangi
pola pikir yang sederhana dan memberi, bukan meminta. Kita bisa latih dengan
sedekah, sedekah adalah dasar dari give generation (goo.gl/pURv1W) dan dari sedekah akan melatih kita untuk sabar. Yang pada akhirnya
sabar akan melatih kita untuk berpikir sederhana, sehingga kita akan menciptakan
hal-hal yang positif dan bermanfaat tidak hanya bagi diri kita, tapi untuk
semua orang dan lingkungan sekitar kita.
Saat ini diperlukan reformasi/revolusi
hati untuk menciptakan give generation, sebuah generasi pemberi. Generasi dengan
karakter kuat, mulia dan mandiri, generasi berwawasan yang sanggup berpikir
untuk kepentingan luas dibandingkan kepentingannya sendiri. Dan sesungguhnya
mereka akan berindak berasaskan keikhlasan dan ridho ILLAHI.