sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

28 January 2016

mungkin kita butuh cermin yang lebih besar



Mungkin kita butuh cermin yang lebih besar untuk melihat diri kita dan bayangan kita sendiri, agar kita bisa melihat dengan lebih jelas tentang diri kita.

Seringkali kita merasa iri dengan kesuksesan orang lain, tak jarang pula kita cemburu dengan kebahagiaan ataupun ketenangan orang lain. Mungkin juga kita merasa iri atas keempurnaan yang dimiliki orang-orang disekitar kita.

Tak jarang juga kita merasa sedih atas setiap kegagalan yang menghampiri kita, atau kita kecewa atas ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan yang kita hadapi. Sering juga kita merasa sakit atas kata-kata ataupun perbuatan yang dilakukan orang-orang terhadap kita.

Semua itu akan terjadi bila kita lalai atau ingkar terhadap kebenaran demi kekhawatiran atas apa yang telah dijamin-NYA.  Allah SWT tidak akan pernah mengurangi ketetapan terhadap umatnya, semua kekhawatiran itu tidak lebih karena kita yang masih mengkhufuri atas nikmat-NYA.

Namun apakah kita sudah memiliki rasa ikhlas dan rasa syukur pada diri kita dengan berdasarkan keyakinan dan iman kita.

Sadarkah bila rasa ikhlas akan membuat kita bisa menikmati atas segala kekurangan menjadi sebuah kelebiihan atas diri kita, selalu berusaha tanpa keluh kesah dan memberatkan pihak lain. Dan rasa ikhlas juga akan membuat kita bisa menikmati atas segala cobaan dan kepedihan menjadi sebuah kekuatan dan kebahagiaan yang tiada batas.

Serta rasa syukur akan membuat kita menjadi insan yang kuat dan kekuatan itu dipenuhi dengan keberuntungan serta kesempurnaan, karena sesungguhnya di dunia yang demikian luas ini masih ada yang belum seberuntung diri kita dengan segala kekurangan yang mereka miliki.

Sekali lagi Allah SWT tidak akan ingkar atas ketetapan terhadap umatnya.

Yang sangat keliru pada saat ini adalah setiap tenaga ataupun jerih payah kita selalu dikonversikan dengan hasil kerja atau rejeki yang kita terima. Karena saat ini kita masih terus ditekankan dengan istilah take and give, sebuah budaya materialis yang membuat kita menjadi insan yang tidak ikhlas dan menjadi insan tidak produktif dengan hasil yang jauh dari sempurna.

Karena sesungguhnya kerja adalah ibadah, sedangkan rejeki itu adalah dari Allah SWT 
( baca : give generation, http://goo.gl/pURv1W )

Sesungguhnya hakikat rejeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah kita nikmati. Dan sesungguhnya kebahagiaan bukanlah sebuah kesenangan yang menyenangkan hati kita,  tapi menikmati apa yang telah terima dan menjadikan kita bahagia karena apa adanya diri kita.

Apakah kita butuh cermin lebih besar saat kita merasa kurang beruntung. Karena sesungguhnya masih banyak orang lain yang tidak seberuntung kita dan kita telah khufur atas nikmat yang kita terima.

Apakah kita butuh cermin yang lebih besar saat kita merasa sakit karena orang lain. Mungkin sesungguhnya kitalah yang telah menyakitinya, sehingga sikapnya balik terasa menyakiti diri kita.

Apakah kita butuh cermin yang lebih besar saat kita merasa sedih. Karena sesungguhnya kebahagiaan itu tidak berasal dari manapun, kecuali dari rasa syukur dan rasa ikhlas kita atas segala nikmat di diri kita.

15 January 2016

kupeluk bayangan cintaMU



aku seperti batang pohon yang mengering
berdiri meranggas diantara rerumputan yang menghijau Indah
aku menjadi sebait sajak yang senyap dalam sepi
sajak yang dulu mengalun Indah, kini parau dalam suara seraknya

langit masih tampak biru
sejak pertama dia diciptakan sampai saat ini
bulir embunpun masih jernih
setiap kali hadir di dedaunan yang selalu merindunya tanpa henti

sajak cintaku kini serasa tiada bermakna lagi
ketika dia yang aku sanjung tidak lagi mengerti bahasa hati
hari terus berganti dan waktupun telah berlalu
namun semakin kucoba pahami, hatipun tak mau

bayanganmupun tak mau kalah
selalu tersimpan sejak waktu mempertemukan

cerita yang telah kau berikan, terukir cantik dalam bingkai yang Indah
namun engkau pula yang menghapusnya dengan tinta kelam
namun sosokmu dalam cerita kehidupanku
tak akan terhapus meskipun dengan kehadiran bidadari lain

sampai pada kekuatan terakhirku, kubersimpuh kepada TUHAN penguasa semesta alam
kuresapi setiap aliran darah ditubuhku yang gemetar
rindu yang begitu menyesak, kekalkan sunyi hati dalam kelam
kubiarkan kesunyian itu mencari sosokMU, sebab kutahu ENGKAU adalah segala tenang
kubiarkan kesunyian ini memeluk ruhMU, sebab kutahu ENGKAU adalah sumber kedamaian

di sajak terakhirku kutemukan tenang dalam luka
mencintaiMU, biarlah menjadi  rahasia terdalam dalam khusyukku
peluk aku TUHAN meski sebentar, keluarkan aku dari asa dalam kelam
hidupku disini hanya sebentar, untuk kehidupan kelak tuk memelukMU selamanya

jika peluk cintaku tidak mampu menjaganya, kutitipkan dia padamu TUHAN
jagalah dia dari segala airmata

inspirasi : cinta yang berbeda (iman)