sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

21 March 2017

sesungguhnya yang ada adalah ketiadaan

Saat sedang ngupi di salah satu warkop deket sekolah anak, sambil nungguin anak yang lagi ujian. Dapat temen ngobrol yang juga lagi menikmati kopi sambil ditemani singkong goreng, tahu isi dan sebatang rokok yang belum menyala di piring kecil tatakan gelas kopi-nya.

Yang menarik dari obrolan itu adalah pada saat pertanyaannya, "Kenapa kok kita bisa merasa dekat dengan gusti Allah pada saat kita terpuruk ya mas?"

Jadi teringat kembali tulisan pertamaku, ada dari ketiadaan. Itulah mungkin alasan kenapa kita selalu merasa lebih dekat dengan Allah pada saat kita terpuruk atau lagi sedih atau lagi tertimpa musibah atau lagi merasa kosong atau lagi merasa sendiri. Karena Allah sendiri ada dari ketiadaan, dari ketiadaan dan kehampaan Allah menciptakan segala yang ada di bumi, kemudian dia menuju ke langit dan menyempurnakannya menjadi tujuh langit.

Segala kesempurnaan, kenikmatan dan keindahan yang kita rasakan, semuanya adalah ciptaan-NYA. Seringkali kita jadi lupa atas keberadaan-NYA hanya semata2 demi ciptaan-NYA, ya seringkali manusia lupa bahwa sesungguhnya dia juga ciptaan yang mencintai ciptaan dan bahkan sampai2 menyekutukan Allah.

Di cerita pewayangan atau cerita Hindu, seorang raja atau manusia jika ingin mencapai tingkat tertinggi dari rohani harus melepaskan hal yang bersifat duniawi dan menjauhkan diri dari keramaian, untuk bertapa atau bersemedi di dalam hutan belantara atau gua. Agar bisa merasakan kehadiran Allah atau Sang Hyang Widhi Wasa dan mencapai kesejatian. Di dalam kesunyian jiwa merasakan ketenangan, dalam kesenyapan hati akan merasakan kehangatan, dalam gulita akan melihat terang tanpa lentera, yang tujuan akhirnya akan merasakan kehampaan hakiki yang terasa penuh kehangatan rasa kasih.

Allah adalah ketiadaan yang nyata, kehadirannya terasa pada saat kita mampu kosongkan hati dan pikiran kita dari keinginan dunia. Maka sesungguhnya saat kita ingin meraih kehidupan dunia bukan Allah yang menjauh, tapi kita yang menjauhkan diri darinya karena kita terlena dengan kecintaan atas keindahan dan kenikmatan dunia. Namun saat keindahan dan kenikmatan dunia hilang, saat itu juga kita bisa merasakan kehadiran Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak pernah kemana2, hanya DIA tertutup oleh keindahan dan nikmat dunia, hati kita tertutup oleh kabut kefanaan.

Iyyaa, ada dari ketiadaan... Semua yang ada disekitar kita adalah ketiadaan dan apa yang kita miliki saat ini adalah ketiadaan yang sesungguhnya. Janganlah lagi kita teripu dengan keindahan dan kenikmatan dunia, karena sesungguhnya itu semuanya adalah ketiadaan yang sesungguhnya. Ketiadaan yang menjauhkan diri kita dari DIA yang Maha Tunggal, ketiadaan yang menjadi kabut penghalang kehadiran DIA.

Jadi jawaban dari pertanyaan kenapa kok kita bisa merasa dekat dengan gusti Allah pada saat kita terpuruk, adalah tipu daya dari ketiadaan yang kita ciptakan sendiri... Karena sesungguhnya apa yang ada saat ini, berasal dari ketiadaan...