ketika mata tak lagi menjadi mata, ketika hati tak lagi menjadi hati, ketika matahari tak lagi bisa menghangatkan... maka kita akan manjadi manusia yang berjalan tanpa bisa melihat sekitar kita dan tanpa arah, serta kita tidak lagi memiliki kepedulian akan orang-orang disekitar kita
sarikata
20 April 2012
Derit Bilik Hati
empat batang ranting terayun konstan di rumah hatiku
termakan usia dan udara lembab membasah
dan tidak lagi terayun indah
cendawan membusai pada bilik hatiku
tidak lagi indah, gelisah di tepian
daun daun yang mengering terselip diantara kehijauan
tak pernah mengeluh pada hujan yang kadang mengerikan
derit ranting menjerit memecah hening
hening nan bening namun bersabung hembus dingin menepuk muka
pada langit biru bergantung kapas
kapas yang telah kusam dan makin kehitaman
anganku selalu berharap gerimis
berbisik lirih dan berkata pada mimpi yang terkadang kosong
hatiku selalu tengadah, memuja yang tak ada
dalam rimbunan belukar
dalam duri tajam menggurat
dalam risau sepi hari
aku sendiri menetaskan butir butir rindu bersulang
sementara,
dingin makin merasuk membekukan
hatiku yang sudah kering tanpa nyawa
aku terlalu merindu-MU...
14 April 2012
Setitik tapi Besar
Seekor kuda perang yang sangat berani, dengan setia mengawal sang Panglima perang yang sangat disegani oleh semua lawannya. Karena Sang Panglima dan pasukannya selalu memenangkan semua pertempuran tanpa sekalipun kalah dan memiliki pasukan dan pembantu yang teramat setia.
Bila kita lihat di atas, Panglima tersebut sedemikian besar dan sempurna.. Apakah memang kebesaran itu dari diri Panglima itu sendiri? Banyak yang bilang iya, dan kita juga pasti setuju dengan jawaban itu. Karena setiap Panglima diberikan jumlah pasukan dan peralatan yang sama dan hanya dia yang tidak pernah terkalahkan serta selalu membawa kembali pasukannya dengan kondisi yang segar bugar.
Bila kita diberikan pilihan dalam menentukan posisi dan peran kita di dalam kelompok Panglima tersebut, ingin sebagai apakah kita dan peran manakah yang terbesar :
1. Sebagai Panglima
2. Pembantu Panglima
3. Pasukan, atau
4. Kuda Perangnya
Inilah kisah lainnya dibalik kisah kesuksesan sang Panglima :
Suatu ketika, Panglima dan pasukannya pulang dengan kekalahan.. Setelah diselidiki yang terjadi adalah dikarenakan pembantu Sang Panglima saat mempersiapkan kuda perang teledor dalam memasang tapal kuda. Dia lupa mematikan bagian belakang tapal salah satu kaki kuda, hanya lupa satu paku yang belum terpasang.
Apakah yang kita pelajari dari kisah ini?
1. Keteledoran seorang pembantu panglima
2. Karena keteledoran, maka kurang satu paku yang dipasang
3. Karena satu paku, maka pada saat bertempur tapal kuda disalah satu kakinya terlepas
4. Karena tapal kuda terlepas, maka kuda tersebut pincang dan tidak bisa lari
5. Karena kuda tersebut tidak bisa lari sempurna, maka Sang Panglima tidak bisa memimpin pasukan seperti biasanya
6. Karena kehilangan peran seorang pemimpin, pasukan yang sangat disegani itu kalah dalam bertempur
7. Karena kalah dalam pertempuran, berapa banyak keluarga yang ditinggal pemimpinnya
8. dan seterusnya...
iyyaa!!! intinya jangan meremehkan setiap peran
Subscribe to:
Posts (Atom)