Hahaha... Emang apa yang pernah menjadi milik kita? Emang kita ini siapa?
Berani sekali kita mengakui ini milik kita ataupun itu milik kita! Berani sekali kita menunjukkan jari ke diri kita ataupun menepukkan tangan di dada kita sambil berteriak "Ini aku!"
Emang siapa aku? Siapa kamu? Siapa kita? Siapa mereka?
Semua itu bukan apa-apa atau siapa-siapa..
Karena kita tidak layak memiliki atau dimiliki.. Karena semuanya adalah milik DIA
ketika mata tak lagi menjadi mata, ketika hati tak lagi menjadi hati, ketika matahari tak lagi bisa menghangatkan... maka kita akan manjadi manusia yang berjalan tanpa bisa melihat sekitar kita dan tanpa arah, serta kita tidak lagi memiliki kepedulian akan orang-orang disekitar kita
sarikata
19 June 2010
12 June 2010
Matahari Telah Kehilangan Cahayanya
Siang ini aku berjalan ditengah ramai orang yang sedang berlalu lalang dengan kesibukan dan urusannya masing-masing. Ada yang tertawa-tawa sampai terpingkal-pingkal, ada yang dengan seriusnya berbicara dengan suara yang tidak mau kalah dengan suara deru kendaraan, ada yang saling berdiam diri dengan ekspresinya masing-masing dan ada juga yang terlihat termenung atau terdiam dengan keasaan yang terlihat sudah usang dan berkarat.
Namun kenapa aku rasakan panas matahari siang ini bukan dari cahayanya, yang kurasakan seperti bara yang tidak bisa memberikan penerangan cukup bagi mata hati untuk bisa melihat dan menuntun diri setiap insan.
Kemana cahaya itu pergi?
Bagaimana mungkin ada yang bisa tertawa, saat ada yang menangis
Bagaimana mungkin ada yang menangis, saat semua merasakan bahagia
Bagaimana mungkin ada yang bisa bercengkrama dengan gelak riang, saat ada yang terdiam seperti dalam ruang hampa
Bagaimana mungkin ada yang bisa berpesta syahdu dengan makanan berlimpah, saat ada yang lapar dan terpuruk dalam sendu
Kemana cahaya itu?
Bilakah matahari telah kehilangan cahayanya..
Bilakah mata hati telah menjadi rabun atau mungkin buta?
Sehingga tidak bisa melihat dan peka lagi
Bila cahaya itu telah hilang, bilakah bisa kembali lagi..
Namun kenapa aku rasakan panas matahari siang ini bukan dari cahayanya, yang kurasakan seperti bara yang tidak bisa memberikan penerangan cukup bagi mata hati untuk bisa melihat dan menuntun diri setiap insan.
Kemana cahaya itu pergi?
Bagaimana mungkin ada yang bisa tertawa, saat ada yang menangis
Bagaimana mungkin ada yang menangis, saat semua merasakan bahagia
Bagaimana mungkin ada yang bisa bercengkrama dengan gelak riang, saat ada yang terdiam seperti dalam ruang hampa
Bagaimana mungkin ada yang bisa berpesta syahdu dengan makanan berlimpah, saat ada yang lapar dan terpuruk dalam sendu
Kemana cahaya itu?
Bilakah matahari telah kehilangan cahayanya..
Bilakah mata hati telah menjadi rabun atau mungkin buta?
Sehingga tidak bisa melihat dan peka lagi
Bila cahaya itu telah hilang, bilakah bisa kembali lagi..
03 June 2010
Kerinduan Tak Terbatas
Mentari telah surut ke Barat
Rembulan menampakkan wajahnya
Bintangpun berpendaran keluar dari sarangnya
Rembulan menyurutkan cerianya
Bintangpun kembali tertidur dalam peraduannya
Mentari kembali menampakkan senyumnya
Nyanyian merdu alam terdengar syahdu dan harmonis
Benih berubah menjadi tunas
Tunaspun tumbuh memiliki batang
Runcuk menjadi kuncup
Kuncup berubah menjadi bunga
Bunga bercanda bersama sang lebah
Mereka bermesraan laksana sepasang kekasih yg kasmaran
Hari berganti malam
Malam berganti hari
Hari berganti minggu
Minggu berganti bulan
Bulan berganti tahun
Tahun berganti dan terus berjalan
Kerinduan padaMu semakin dalam
Kerinduan yang tak terucapkan
Sayap-sayap yang telah lelah dan patah
Dengan bulu yang mulai terlepas
Meskipun aku berusaha untuk terbang dan meninggalkanmu
Namun tetap aku kembali dihadapanMu
Aku sangat mencintaiMu
Aku akan selalu bersamamu
Bersama kerinduanku yang tak terbatas
Rembulan menampakkan wajahnya
Bintangpun berpendaran keluar dari sarangnya
Rembulan menyurutkan cerianya
Bintangpun kembali tertidur dalam peraduannya
Mentari kembali menampakkan senyumnya
Nyanyian merdu alam terdengar syahdu dan harmonis
Benih berubah menjadi tunas
Tunaspun tumbuh memiliki batang
Runcuk menjadi kuncup
Kuncup berubah menjadi bunga
Bunga bercanda bersama sang lebah
Mereka bermesraan laksana sepasang kekasih yg kasmaran
Hari berganti malam
Malam berganti hari
Hari berganti minggu
Minggu berganti bulan
Bulan berganti tahun
Tahun berganti dan terus berjalan
Kerinduan padaMu semakin dalam
Kerinduan yang tak terucapkan
Sayap-sayap yang telah lelah dan patah
Dengan bulu yang mulai terlepas
Meskipun aku berusaha untuk terbang dan meninggalkanmu
Namun tetap aku kembali dihadapanMu
Aku sangat mencintaiMu
Aku akan selalu bersamamu
Bersama kerinduanku yang tak terbatas
Subscribe to:
Posts (Atom)