Ketika kita menginginkan diri
menjadi diri kita sendiri, disaat itu sesungguhnya kita tidak akan pernah
menjadi diri kita sendiri. Karena
sebenar-benarnya kita telah menjadi diri sendiri adalah disaat kita bukan lagi
diri kita sendiri.
Saat ini kita selalu disibukkan
kita ingin menjadi apa, sibuk mencari jati diri kita dan siapa sebenarnya diri
kita serta apa yang kita cari. Dimana saat semakin kita bersikeras mencari
keberadaan diri kita, maka ke-aku-an yang akan melingkupi kita. Seperti kita
ingin menjadi orang yang sabar, orang yang murah hati, atau orang yang
terpandang dan titel material
lainnya yang mungkin ingin kita sematkan di diri kita serta diakui oleh
orang-orang sekitar kita. Maka
disaat itu kita tidak akan pernah menjadi diri kita sendiri.
Namun sesungguhnya kita ini bukan
apa-apa atau siapapun. Jangankan hal lain yang melekat pada diri kita, bahkan
ruh dan tubuh kitapun bukan milik kita. Ruh kita adalah milik Allah SWT dan badan kita akan
kembali melebur dengan bumi, yang
mana sesungguhnya rangkaian ruh dan tubuh kita tersusun serta bekerja atas
sunnatullah atau rangkaian ayat-ayar
Allah yang tidak tertulis.
Dan sesungguhnya kita hanyalah susunan waktu yang perlahan dan pasti akan tergerus oleh
waktu. Kita tidak pernah ada, yang nampak hanya wujud semu dan yang
sesungguhnya kita adalah ketiadaan. Kita hidup untuk hidup, kehidupan yang kita
jalani saat ini bukanlah kehidupan yang sesungguhnya dan ketiadaan saat ini yang nantinya akan jadi
kehidupan yang sesungguhnya.
Disaat kita melakukan sesuatu dengan berharap menjadikan kita sesuatu,
maka itu tidak akan menjadikan kita apapun untuk sesuatu itu. Lalu bagaimana
kita semestinya untuk menjadi diri kita sendiri? Lihatlah air yang selalu bisa
menempatkan dirinya dan menyesuaikan dirinya sesuai dengan bentuk tempatnya,
lihatlah udara yang selalu bisa menyesuaikan dirinya dan memenuhi setiap ruang
yang kosong. Seperti itulah kita semestinya, kita bisa meniru air ataupun udara
yang selalu bisa menempatkan dirinya pada setiap tempat dan ruang, serta mereka
bisa membuat tempat dan ruang itu secara keseluruhan merasakan kehadiran
mereka.
Kita sejak dini selalu ditemukan dengan hal, berbuatlah sesuatu agar
menjadi sesuatu. Seperti belajarlah agar kita pintar, kalo pintar kita akan mendapatkan
nilai bagus, kalo mendapatkan nilai bagus akan jadi juara kelas, kalo juara
kelas akan dapat beasiswa dan seterusnya dan seterusnya dan tidak akan pernah
ketemu ujungnya dimana kita dan apakah kita sudah menjadi diri kita. Dimana
pola pikir diatas tidak akan menjadikan kita manusia yang bersyukur dan akan
menjadikan manusia egois, yang tidak akan ada batas akhirnya
Bagaimana jika pola berpikirnya berubah, belajarlah untuk menjadi
pintar, kalo pintar kita bisa tularkan ilmu kita, kalo pintar kita bisa
memberikan manfaat pada lingkungan kita, kalo pintar kita bisa jaga lingkungan
kita. Bilamana pola pikir ini dikembangkan terus, maka kita akan seperti udara
yang selalu akan masuk disetiap rongga atau ruang yang ada. Dan keberadaan kita
akan dirasakan dimana saja, disitulah sesungguhnya diri kita. Karena
sesungguhnya ruh yang ada di diri kita adalah milik Allah SWT, dan diri kita
tidak akan pernah ada tanpa senyum, kebahagiaan ataupun binar kegembiraan
insan-insan di sekitar kita.
No comments:
Post a Comment