sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

22 April 2016

ketika kita ingin jadi diri kita sendiri



Ketika kita menginginkan diri menjadi diri kita sendiri, disaat itu sesungguhnya kita tidak akan pernah menjadi diri kita sendiri. Karena sebenar-benarnya kita telah menjadi diri sendiri adalah disaat kita bukan lagi diri kita sendiri.

Saat ini kita selalu disibukkan kita ingin menjadi apa, sibuk mencari jati diri kita dan siapa sebenarnya diri kita serta apa yang kita cari. Dimana saat semakin kita bersikeras mencari keberadaan diri kita, maka ke-aku-an yang akan melingkupi kita. Seperti kita ingin menjadi orang yang sabar, orang yang murah hati, atau orang yang terpandang dan titel material lainnya yang mungkin ingin kita sematkan di diri kita serta diakui oleh orang-orang sekitar kita. Maka disaat itu kita tidak akan pernah menjadi diri kita sendiri.

Namun sesungguhnya kita ini bukan apa-apa atau siapapun. Jangankan hal lain yang melekat pada diri kita, bahkan ruh dan tubuh kitapun bukan milik kita. Ruh kita adalah milik Allah SWT dan badan kita akan kembali melebur dengan bumi, yang mana sesungguhnya rangkaian ruh dan tubuh kita tersusun serta bekerja atas sunnatullah atau rangkaian ayat-ayar Allah yang tidak tertulis.

Dan sesungguhnya kita hanyalah susunan waktu yang perlahan dan pasti akan tergerus oleh waktu. Kita tidak pernah ada, yang nampak hanya wujud semu dan yang sesungguhnya kita adalah ketiadaan. Kita hidup untuk hidup, kehidupan yang kita jalani saat ini bukanlah kehidupan yang sesungguhnya dan ketiadaan saat ini yang nantinya akan jadi kehidupan yang sesungguhnya.

Disaat kita melakukan sesuatu dengan berharap menjadikan kita sesuatu, maka itu tidak akan menjadikan kita apapun untuk sesuatu itu. Lalu bagaimana kita semestinya untuk menjadi diri kita sendiri? Lihatlah air yang selalu bisa menempatkan dirinya dan menyesuaikan dirinya sesuai dengan bentuk tempatnya, lihatlah udara yang selalu bisa menyesuaikan dirinya dan memenuhi setiap ruang yang kosong. Seperti itulah kita semestinya, kita bisa meniru air ataupun udara yang selalu bisa menempatkan dirinya pada setiap tempat dan ruang, serta mereka bisa membuat tempat dan ruang itu secara keseluruhan merasakan kehadiran mereka.

Kita sejak dini selalu ditemukan dengan hal, berbuatlah sesuatu agar menjadi sesuatu. Seperti belajarlah agar kita pintar, kalo pintar kita akan mendapatkan nilai bagus, kalo mendapatkan nilai bagus akan jadi juara kelas, kalo juara kelas akan dapat beasiswa dan seterusnya dan seterusnya dan tidak akan pernah ketemu ujungnya dimana kita dan apakah kita sudah menjadi diri kita. Dimana pola pikir diatas tidak akan menjadikan kita manusia yang bersyukur dan akan menjadikan manusia egois, yang tidak akan ada batas akhirnya

Bagaimana jika pola berpikirnya berubah, belajarlah untuk menjadi pintar, kalo pintar kita bisa tularkan ilmu kita, kalo pintar kita bisa memberikan manfaat pada lingkungan kita, kalo pintar kita bisa jaga lingkungan kita. Bilamana pola pikir ini dikembangkan terus, maka kita akan seperti udara yang selalu akan masuk disetiap rongga atau ruang yang ada. Dan keberadaan kita akan dirasakan dimana saja, disitulah sesungguhnya diri kita. Karena sesungguhnya ruh yang ada di diri kita adalah milik Allah SWT, dan diri kita tidak akan pernah ada tanpa senyum, kebahagiaan ataupun binar kegembiraan insan-insan di sekitar kita.

No comments: