sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

26 July 2012

Tanah.... Tanah.... Tanah....

kesenjangan rupa dan kedekilan kain yang membalut tubuhnya, sama sekali tak mencerminkan apa yang ada di dalam tubuh yang menyelimutinya. Sekali lagi aku dapatkan ilmu dari seorang pemulung botol di bandara Juanda, saat aku akan kembali ke jakarta untuk mengayuh tuas.

Seorang lelaki tua yang memiliki hati dan ilmu yang mulia serta tak ternilai. Dia mengingatkan aku, bahwa kita yang dibalut dengan segala kemewahan ini tak lebih dari seonggok tanah ataupun lumpur yang bergerak dan bernyawa. Kita bahkan tak lebih bernilai atau berharga daripada kotoran atau tai sekalipun. Karena tanah itu sendiri tidak akan memberikan manfaat bila dia hanya kering atau basah saja.

Tanah sendiri digolongkan menjadi 3 :
1. Tanah baik. tanah yang berhumus, lembab dan gembur
2. Tanah kering. tanah yang kering merekah dan keras
3. Tanah rawa. tanah yang sangat basah dan pekat

Tanah baik....
Tanah yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga bahan makanan dan sumber mineral yang dibutuhkan oleh makhluk yang ada di dalam dan diatasnya bisa hidup. Dia sanggup menumbuhkan tanaman dan pepohonan yang merupakan sumber makanan dan pelindung makhluk hidup yang ada.

Bila diibaratkan manusia, maka dia adalah manusia yang beriman, pintar, tangguh dan cerdas. Karena dia sanggup menerima dan menyerap ilmu serta sanggup mengamalkannya dalam kebaikan dan kebijakan untuk melindungi makhluk-makhluk yang ada di sekitarnya.

Tanah kering....
Tanah yang keras dan tidak sanggup menyerap atapun menampung air dengan baik. Karena kekerasannya sebagian besar air yang jatuh diatasnya tidak terserap dan jika terserappun akan dengan mudahnya air itu pergi dan bahkan tanah itu akan pecah terberai atau longsor terbawa air.

Dan bilamana diibaratkan kita sebagai manusia makhluk yang sempurna, maka dia adalah orang yang pintar namun tidak memiliki hati dan kecerdasan iman. Karena kesombongan dan kepintarannya dia akan susah untuk menerima sebuah ilmu atau pendapat yang tidak sesuai dengan dirinya. Bahkan dia bisa jadi sangat anti dengan kritik atau kritik itu akan dianggap sebagai angin lalu atau mungkin musuh. Dan bahkan dia dan orang disekitarnya bisa hancur oleh ilmu yang dia miliki.

Tanah rawa...
Sebuah tanah yang pekat dan sangat basah, sehingga setiap ada air yang jatuh diatasnya akan segera meluap dan dia tidak akan menerima air tersebut. dia bahkan membunuh makhluk yang ada diatasnya atau menelannya.

Ibarat manusia, dia adalah makhluk yang bebal dan tidak bisa melihat atau menerima sebuah ilmu. Karena ketidak mampuannya akan menyerap sebuah ilmu, dia tidak akan sanggup mengontrol hatinya. Sehingga diapun sering membuat resah makhluk yang ada disekitarnya atau dia sangat bergantung pada orang-orang di sekitarnya atau bahkan dia seringkali berbuat semaunya yang sangat membahayakan orang-orang di sekitar dia.

Mau jadi seperti apakah kita???? hanya hati dan keikhlasan yang menentukan kita akan jadi tanah yang baik atau tanah yang kering atau tanah rawa. Karena dengan hati kita sanggup menerima ilmu dan mengamalkan ilmu itu menjadi manfaat.

Jangan biarkan hati kita kering dan merasa sendiri ataupun jangan biarkan hati terhanyut, jadi jagalah hati kita dengan iman dan jagalah hati kita dengan cinta (iyaaa... cinta kepada DIA)

No comments: