Kebahagiaan tidak
selalu hadir dari kesenangan, kalimat sederhana namun kadang sulit untuk dimengerti.
Karena secara umum banyak yang berpendapat bahwa kebahagiaan itu sama dengan
kesenangan, jadi hidup yang penuh dengan berbagai macam kesenangan pastilah
hidup yang bahagia.
Apakah itu
kesenangan? Dalam kehidupan sehari-hari kata “bahagia dan senang” silih
berganti digunakan atau bersamaan, seolah-olah keduanya adalah padanan kata.
Padahal pada kenyataannya orang yang bahagia pasti senang, namun orang senang
belum tentu merasakan kebahagiaan. Jadi sesungguhnya kesenangan sendiri memiliki
makna yang sangat materialistic dan semua hal yang memiliki sifat materialistic
hanya sesaat.
Manusia modern saat
ini cenderung materialistic dan terjebak dalam kapitalis, masyarakat yang
mengagungkan kenikmatan duniawi dengan pencarian harta sebanyak-banyaknya yang
kemudian dihabiskan untuk bersenang-senang secara fisik dan inderawi. Mereka-mereka
yang mencari hidup dengan penuh kesenangan, adalah mereka-mereka yang hanya
mencari kepuasan diri atas berbagai keinginan dan bentuk kesenangan lainnya.
Mereka ini adalah manusia-manusia yang berpikir bahwa kebahagiaan adalah ketika
sebanyak mungkin kesenangan yang mereka telah miliki. Namun ternyata banyak
bagian dari mereka yang memilih hidup seperti ini akhirnya menghadapi masalah.
Sebenarnya manusia
modern saat ini telah kehilangan makna hidupnya, mereka menjadi manusia kosong.
Manusia yang sibuk dan tidak punya waktu untuk diri hakikinya, dia hanya
melakukan penyesuaian diri dengan trend. Dia sendiri merasa berjuang keras
untuk memenuhi keinginannya, padahal sebenarnya dia telah diperbudak oleh
keinginan orang lain dan keinginan sosial.
Berdasarkan
penelitian social psikologis oleh Dr. Martin Selignman, ia menyatakan bahwa
kesenangan itu memiliki batas, memiliki titik jenuhnya dan akan berbeda-beda
untuk tiap manusia.
Dalam islampun disebutkan dalam QS Al-Hadiid:20,
“Dan kehidupan
dunia tidak lain hanyalah kenikmatan yang menipu [kesenangan yang palsu]”
Lantas bagaimana dengan kebahagiaan itu
sendiri? Setiap manusia tujuan hidupnya adalah mencari kebahagiaan yang hakiki,
namun tidak sedikit orang akhirnya terjebak dalam kesenangan. Kembali lagi pada
Martin Selignman, dalam bukunya Authentic Happines menjelaskan bahwa secara
umum 3 bentuk kebahagiaan yang dicari manusia dalam kehidupannya adalah pleasant
life, good life dan meaningful life.
Pleasant life atau kesenangan hidup, telah
kita bahas sebelumnya bahwa kesenangan sifatnya semu dan akhirnya membawa kita
pada kehidupan yang serba materialis. Konsep kesenangan hedonis ini yang
akhirnya membuat alam bawah sadar manusia menjadikannya sebagai tujuan hidup,
atau kita bisa sebut gambaran bagi manusia yang terjebak dalam pemuasan atas
segala kesenangan adalah “hedonic treatmill”. Karena pencarian pemuasan
terhadap kesenangan seperti orang berlari di reatmill (berlari di tempat),
sebab sebenarnya dia tidak pernah kemana-mana.
Sebuah riset terhadap kinerja otak manusia
juga menemukan bahwa tingkat kesenangan dalam hidup tidak sebanding dengan
tingkat kebahagiaan. Yang artinya tidak selalu pencapaian kesenangan memberikan
kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup bagi manusia.
Good life atau kenyamanan hidup, ini
hampir sama dengan kesenangan hidup. Karena di taraf ini manusia justru
cenderung untuk malas beranjak, karena segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Baik
secara material, social, dan perasaan aman, nyaman, damai serta tentram. Sampai
suatu waktu tertentu situasi ini behenti dan saat itulah semua hal menjadi
tidak nyaman, serta berbagai masalah yang mulai muncul satu persatu. Tidak
sedikit pula manusia yang keluar dari zona ini yang mengalami gangguan psikis,
kecemasan yang berlebihan, prilaku menyimpang dan psikomatis.
Meaningful life atau hidup bermakna,
ditahap ini manusia lebih mencari pemahaman atas tujuan dan kebutuhan hidupnya.
Selain dia memikirkan tujuan atas dirinya sendiri dan keluarganya, dia tidak
melupakan kabaikan dan kebahagiaan orang lain serta lingkungan disekitarnya.
Rasa kebahagiaan yang dirasakan adalah ketika orang lain merasakan kebahagiaan
karena usaha dirinya, kebahagiaan untuk saling berbagi dan membantu. Sebuah
perasaan yang dipenuhi dengan rasa nyaman dan bahagia.
Kebahagiaan tidak selalu hadir dari
kesenangan, namun kebahagiaan selalu hadir saat kita ditengah-tengah orang yang
berbahagia karena diri kita. Hati yang tunduk dan ikhlas adalah kuncinya, sikap
yang ingin selalu memberikan yang terbaik dan tidak hanya memberikan kesenangan
sesaat. Sebagaimana kita ketahui akan arti sedekah yang sesungguhnya (baca
:give generation), daripada kita memberikan hal yang berupa fisik (uang,
makanan, dll) lebih baik kita memberikan peluang dan kesempatan yang manfaatnya
jauh lebih besar.
Ketundukan dan keikhlasan membuat manusia
untuk hidup wajar dan mampu menghadapi masalah dengan cara bijak. Manusia
seperti ini akan mampu mengambil atas segala hikmah atas kesulitan dan
kegagalan yang dialami. Dengan demikian jelas bahwa pokok dari kebahagiaan
seseorang adalah terletak pada hatinya, hati yang tunduk dan ikhlas. Manusia seperti
ini yang mampu mengenal akan memaknai hidup, tujuan hidup dan pemahaman atas
hidupnya. Dimana setiap detik hidup yang dilaluinya, akan bermakna tanpa
kesia-siaan. Namun sering manusia yang seperti ini pula, dilingkungan yang
penuh materialistic dan hedonism akan terlihat asing dan aneh.
No comments:
Post a Comment