Sekali
lagi beribu pertanyaan apa dan bagaimana itu ikhlas, serta bagaimana kita
melakukannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan meskipun
kita telah melakukannya tanpa mengharapkan diketahui, dipuji atau juga ucapan
terimakasih dari individu, apakah sudah termasuk ikhlas? Padahal kita masih
mengharapkan ridha dan surga Allah.
Kembali
lagi pada siapa diri kita, apakah diri kita yang sekarang ini, apakah diri kita
saat ini benar-benar nyata serta kekal adanya? Bukankah kita bukan siapa-siapa
tanpa adanya ruh dari Allah. Kita hanyalah onggokan daging yang diciptakan dari
saripati tanah (air mani), yang kita ketahui bahwa air mani itu najis dan
setetesnyapun bisa membatalkan wudhu dan sholat kita.
Jadi
apalah artinya kita tanpa adanya ruh dalam diri kita? Kita hanyalah kehinaan
tanpa akal dan rasa, kita hanya makhluk tidak berhati dan tidak berakal
(berpikir). Lantas apa yang mesti kita harapkan dari segala tindakan kita?
Masih layakkah kita mengharapkan imbalan atas segala tindakan dan perilaku,
meskipun itu hanya sekedar ridha Illahi? Apakah tidak cukup kita hanya berbuat
yang terbaik, sebagai rasa syukur atas anugerah terbaik yang kita miliki saat
ini? Haruskah kita masih beribadah hanya untuk mengharapkan ridha dan surga
Illahi, sedangkan Allah telah memberikan banyak hal yang begitu indah dan tak
ternilai oleh apapun.
Dapatkah
ikhlas diartikan kita untuk selalu beribadah dan bertindak yang terbaik karena rasa
terimakasih dan syukur kita atas anugerah Allah SWT yang kita rasakan selama
ini.
Ikhlas
ini juga merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan “give generation, http://goo.gl/pURv1W”, sebuah generasi maju yang
merupakan generasi mandiri dan generasi pembangun.
Ya
Rabb, yang maha membolak-balikkan hati… teguhkanlah hatiku dan generasiku untuk
selalu ikhlas.
No comments:
Post a Comment