sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

10 March 2014

Stradivarius dan Dua Dawai



Aku kembali terbangun setelah aku rasakan lelah dan penat yang teramat sangat, jarum pendek jam menunjuk ke angka dua dan jarum panjangnya menunjuk angka empat. Tak terasa delapan jam sudah aku terlelap setelah semalaman aku langkahkan kakiku tak menentu arah, hati dan pikirankupun tak tahu entah mau kemana

Dibatas kerinduan dan kehampaan tak terasa airmata kembali menetes di pipiku, hati yang mati suri tiba-tiba terjaga oleh bunyi adzan subuh. Entah dimana aku dan berapa ribu langkah kakiku, sampailah aku di rumahMU untuk memenuhi panggilanMU

Kerinduan adalah musim yang tak akan pernah terdiam tenang, resahpun datang dan gelisah berulang mengusik hati. Hanya dzikir dan do’a menjadi penawar pereda rasa pedih dan sakit, dalam senyap airmata perlahan-lahan kembali menitik

Dalam pagi yang masih pekat kembali aku langkahkan kakiku dan kini hanya satu tujuanku, mencari tempat istirahat yang bisa menenangkan pikiran dan hatiku.

Kuterjaga dalam hampa, terasa begitu sepi dan senyap disekitarku. Kubuka jendela kamar yang telah menyediakan aku tempat untuk berbaring dan terlelap, sejenak aku lepaskan rasa lelahku dalam penat kerinduan. Kunikmati taman firdaus yang aku buat dan sejenak aku kembali ke harapan yang dulu sempat kita rangkai, namun itu semua tinggal kenangan.

Gontai aku keluar kamar dan kubuat segelas teh manis hangat, kemudian aku menuju joglo yang ada disamping bangunan utama. Kulempar tubuhku di kursi santai sambil menikmati hijaunya dedaunan dan birunya gunung salak, serta warna langit yang mulai surut jingga.

Kembali airmata ini mengalir saat kerinduan dalam hati perlahan mengusik, dan terasa makin sesak disetiap udara yang aku hirup. Beribu pertanyaan menikam hatiku, masihkah dirimu merasakan kerinduan yang sama.

Bila masih ada kerinduan dan cintamu, kenapa engkau perhitungkan semua perhatian dan waktumu. Masih sangat jelas teringat dipikiranku semua hal menjadi sangat-sangat kau perhitungkan
“Bukankah baru saja aku kirim kabar?!”
“Bukankah baru tadi kita bersama?!”
“Belum juga sehari, belum juga seminggu…”
Tak tahukah dirimu bahwa aku selalu merindumu setiap saat, dan setiap waktu terlewat kujauh darimu semakin melemahkan diriku.

Bilakah masih ada kerinduan dan cintamu, saat setiap kabar kerinduanku membuatmu tidak lagi merasa nyaman. Lidah telah membuat kita terluka, akankah ego akan membuat kita terpisah?

Aku seperti biola Stradivarius-ku yang kini hanya tinggal dua dawai dan tidak lagi bisa melantunkan suara indah kehidupan, hanya terdiam dalam kotak.

Kuhirup teh hangat ditanganku sambil aku nikmati ketidakberdayaan ini, aku yang terkurung dalam ruang cinta dan kerinduanku. Tak tahukah dirimu? Tak sanggup ku berucap lagi padamu meskipun dalam pelukanmu, bahwa engkaulah cinta dan kerinduanku.

* inspirasi : Bayanganku

No comments: