Siapakah
yang bisa berdamai dengan perasaan? Kita hanyalah makhluk yang lemah dan bahkan
mungkin kita terlalu lemah untuk bisa mengendalikan gejolak perasaan kita. Tapi
kita tidak bisa pungkiri, tanpa perasaan yang kita miliki hidup kita tidak akan
memiliki makna dan akan hambar. Kita tidak akan mengenal sedih, tangis,
gembira, bahagia, marah, benci dan ungkapan-ungkapan lainnya. Apakah yang bisa
mengendalikan perasaan kita?
Kita
dianugerahkan sebuah hati, hati yang sanggup merubah beban menjadi sebuah amanah.
Namun bilakah gerangan kalo hati ini telah kau bunuh, disaat ku bernafas hanya
untukmu. Disaat perhatian dan langkahku tercurah untukmu, hanya karena sedikit riak
gelombang serta hembusan angin senja dan engkau dengan serta merta merubah
haluanmu. Terasa sakit dan perih yang kurasakan, seperti sayatan beribu mata
pisau. Namun hati ini tetap sanggup menahan rasa sakit dan perih ini.
Sore
itu aku temui dirimu di tempat biasa, bukan karena rasa sakit dan perih ini
yang telah hilang. Namun karena dihatiku masih ada rasa cinta dan cita untuk
dirimu, serta hati ini ingin tahu apakah dihatimu masih ada cinta dan cita yang
sama untuk aku.
Waktu
di dinding sudah menunjukkan pukul 17:00 dirimu belum juga muncul, hati ini
berasa berdegup kencang dan penuh pertanyaan yang membuat aku nervous. Masih
teringat diingatanku, saat-saat kita bersama dengan rangkain masa depan kita
yang begitu Indah. Lima belas menit berlalu dan kau muncul dengan senyum dan
sapamu, kemudian kau duduk disampingku dengan menggunakan t-shirt putih dan
celana hitam. Seolah kau tidak pernah memiliki rasa canggung, padahal kita
dalam situasi yang sangat tidak nyaman.
Kau
bicara tentang hari-harimu, kegiatanmu, kesibukanmu dan sebagainya, sampai
kemudian kau belokkan pembicaraan tentang kita. Kau bahas tentang kedekatan
hubungan kita, dan keintiman kita. Rasa bahagia, sedih dan sakit
berbaur, tak terasa mata ini berkaca-kaca karena betapa rasa cinta ini tak
pernah pudar kupersembahkan untukmu. Hati ini tidak bisa berbohong, bahwa
engkaulah wanita yang sangat-sangat aku cintai dan aku sayangi. Tidak akan aku
biarkan air mata menetes dari dirimu, aku hanya ingin kau bahagia.
Kulihat
bibirmu bergetar seolah tak kuasa menahan luapan emosi dalam hatimu yang tengah berguncang. Aku sadar pembicaraan ini
akan bermuara kemana, namun aku hanya bisa diam dan bersikap tegar. Meskipun
sebenarnya aku jauh lebih terguncang dan teriris mendengar setiap tutur kata
peraduanmu. Hanya aku tidak akan sanggup menunjukkan diriku yang sangat rapuh
dihadapanmu, aku tidak akan menambah beban pikiranmu atas keadaan diriku saat
ini.
“Peluk
aku, aku sangat merindukan cintamu” bisikmu padaku, “Peluk aku.. aku ingin
memulai segalanya dari awal dan kita rangkai kembali cita dan cinta kita yang
sempat terhenti. Kita mulai semuanya dari awal dengan cara yang baru, tetap
dekap dan cintai aku.. Karena aku sangat-sangat mencintaimu”
Aku
peluk dirimu, aku benar-benar tak kuat dan aku merasa setiap tetes air matamu
seperti hujaman mata pisau ke diriku. Aku tersadar, bahwa bukan hanya aku yang
merasa terluka dan tersakiti selama ini, melainkan juga dirimu yang boleh jadi
juga tersiksa atas kepergianku. Ada banyak kata yang tak bisa keluar dari
bibirku dan ada banyak perasaan yang tak bisa aku terjemahkan menjadi sebuah
kalimat ungkapan perasaanku, bahwa aku juga masih sangat-sangat mencintai dan
menyayangimu.
Hari-hari
kembali kita lalui dengan penuh cinta dan cita yang begitu Indah, tidak ada
waktu yang terlewatkan tanpa ungkapan perasaan cinta kita. Tidak ada detik yang
tidak terisi oleh rasa kerinduan akan kehadiran diri kita dalam bentuk apapun.
Kembali kita rangkai mimpi dan harapan yang sempat terkubur dalam keputus asaan
kita.
Hingga
pada saat tertentu, engkau dengan kalimat-kalimatmu yang begitu tajam.. engkau
tidak hanya menyiksa perasaanku, namun engkau telah bunuh hatiku saat aku
bernafas untukmu. Tak sadarkah dirimu, bahwa cintamu seolah telah berubah
menjadi sebuah pisau yang menghujam hatiku. Maafkan aku bila cinta ini tidak sesempurna
seperti yang kau harapkan, namun yang pasti cinta ini hanya untukmu dengan
segala kekurangannya.
Air
mata dan kepedihan ini telah mongering untuk mengalir dan merasakan pedih
kembali, karena hati ini telah terbunuh oleh cintamu. Kau telah bunuh hatiku
saat kubernafas untukmu.
*inspirasi : aphrodite
No comments:
Post a Comment