sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

09 May 2014

kau telah bunuh hatiku saat kubernafas untukmu



Siapakah yang bisa berdamai dengan perasaan? Kita hanyalah makhluk yang lemah dan bahkan mungkin kita terlalu lemah untuk bisa mengendalikan gejolak perasaan kita. Tapi kita tidak bisa pungkiri, tanpa perasaan yang kita miliki hidup kita tidak akan memiliki makna dan akan hambar. Kita tidak akan mengenal sedih, tangis, gembira, bahagia, marah, benci dan ungkapan-ungkapan lainnya. Apakah yang bisa mengendalikan perasaan kita?

Kita dianugerahkan sebuah hati, hati yang sanggup merubah beban menjadi sebuah amanah. Namun bilakah gerangan kalo hati ini telah kau bunuh, disaat ku bernafas hanya untukmu. Disaat perhatian dan langkahku tercurah untukmu, hanya karena sedikit riak gelombang serta hembusan angin senja dan engkau dengan serta merta merubah haluanmu. Terasa sakit dan perih yang kurasakan, seperti sayatan beribu mata pisau. Namun hati ini tetap sanggup menahan rasa sakit dan perih ini.

Sore itu aku temui dirimu di tempat biasa, bukan karena rasa sakit dan perih ini yang telah hilang. Namun karena dihatiku masih ada rasa cinta dan cita untuk dirimu, serta hati ini ingin tahu apakah dihatimu masih ada cinta dan cita yang sama untuk aku.

Waktu di dinding sudah menunjukkan pukul 17:00 dirimu belum juga muncul, hati ini berasa berdegup kencang dan penuh pertanyaan yang membuat aku nervous. Masih teringat diingatanku, saat-saat kita bersama dengan rangkain masa depan kita yang begitu Indah. Lima belas menit berlalu dan kau muncul dengan senyum dan sapamu, kemudian kau duduk disampingku dengan menggunakan t-shirt putih dan celana hitam. Seolah kau tidak pernah memiliki rasa canggung, padahal kita dalam situasi yang sangat tidak nyaman.

Kau bicara tentang hari-harimu, kegiatanmu, kesibukanmu dan sebagainya, sampai kemudian kau belokkan pembicaraan tentang kita. Kau bahas tentang kedekatan hubungan kita, dan keintiman kita. Rasa bahagia, sedih dan sakit berbaur, tak terasa mata ini berkaca-kaca karena betapa rasa cinta ini tak pernah pudar kupersembahkan untukmu. Hati ini tidak bisa berbohong, bahwa engkaulah wanita yang sangat-sangat aku cintai dan aku sayangi. Tidak akan aku biarkan air mata menetes dari dirimu, aku hanya ingin kau bahagia.

Kulihat bibirmu bergetar seolah tak kuasa menahan luapan emosi dalam hatimu yang tengah berguncang. Aku sadar pembicaraan ini akan bermuara kemana, namun aku hanya bisa diam dan bersikap tegar. Meskipun sebenarnya aku jauh lebih terguncang dan teriris mendengar setiap tutur kata peraduanmu. Hanya aku tidak akan sanggup menunjukkan diriku yang sangat rapuh dihadapanmu, aku tidak akan menambah beban pikiranmu atas keadaan diriku saat ini.

“Peluk aku, aku sangat merindukan cintamu” bisikmu padaku, “Peluk aku.. aku ingin memulai segalanya dari awal dan kita rangkai kembali cita dan cinta kita yang sempat terhenti. Kita mulai semuanya dari awal dengan cara yang baru, tetap dekap dan cintai aku.. Karena aku sangat-sangat mencintaimu”

Aku peluk dirimu, aku benar-benar tak kuat dan aku merasa setiap tetes air matamu seperti hujaman mata pisau ke diriku. Aku tersadar, bahwa bukan hanya aku yang merasa terluka dan tersakiti selama ini, melainkan juga dirimu yang boleh jadi juga tersiksa atas kepergianku. Ada banyak kata yang tak bisa keluar dari bibirku dan ada banyak perasaan yang tak bisa aku terjemahkan menjadi sebuah kalimat ungkapan perasaanku, bahwa aku juga masih sangat-sangat mencintai dan menyayangimu.

Hari-hari kembali kita lalui dengan penuh cinta dan cita yang begitu Indah, tidak ada waktu yang terlewatkan tanpa ungkapan perasaan cinta kita. Tidak ada detik yang tidak terisi oleh rasa kerinduan akan kehadiran diri kita dalam bentuk apapun. Kembali kita rangkai mimpi dan harapan yang sempat terkubur dalam keputus asaan kita.

Hingga pada saat tertentu, engkau dengan kalimat-kalimatmu yang begitu tajam.. engkau tidak hanya menyiksa perasaanku, namun engkau telah bunuh hatiku saat aku bernafas untukmu. Tak sadarkah dirimu, bahwa cintamu seolah telah berubah menjadi sebuah pisau yang menghujam hatiku. Maafkan aku bila cinta ini tidak sesempurna seperti yang kau harapkan, namun yang pasti cinta ini hanya untukmu dengan segala kekurangannya.

Air mata dan kepedihan ini telah mongering untuk mengalir dan merasakan pedih kembali, karena hati ini telah terbunuh oleh cintamu. Kau telah bunuh hatiku saat kubernafas untukmu.

*inspirasi :  aphrodite

No comments: