Senja telah menghampiri dan haripun segera
direngkuh malam, warna jingga mentari sore seolah lidah-lidah api
dipandanganku. Aku laju mobilku menembus rapat dan ramainya jalur ibukota, yang
sebentar lagi mungkin akan makin padat dan kemacetan akan menjadi pemandangan
yang taka sing lagi setiap harinya. Dalam sejuknya AC di mobil aku putar music dengan
begitu keras, entah sudah berapa lagu yang telah silih berganti dan tak satupun
lagu itu terasa dan terdengar olehku. Pikiranku sedang tidak ada di diriku,
hatiku sedang melayang entah kemana. Hanya satu hal yang aku tahu, aku bosan
dan sudah sangat bosan dengan hingar-bingar serta hal-hal yang ada disekitarku. Kurasakan sunyi diantara keramaian....
Terasa begitu sunyi dan sepi, aku seperti
tersingkirkan dari semua angan-angan dan mimpi-mimpiku. Dunia yang selama ini
memanjakanku dengan impiannya, dunia yang selama ini begitu menjanjikan berjuta
kebahagiaan, dunia yang selalu menyertaiku selama ini tiba-tiba mencampakkanku
selayaknya kutu. Kemana semuanya? Kemana teman? Kemana sahabat? Mereka semua
telah pergi, mereka memandangku dengan pandangan yang sinis dan jijik. Mereka
seperti melihat kotoran atau gembel yang sudah bertahun-tahun tidak ketemu air
dan sabun mandi.
Sebenarnya perlahan-lahan Dia telah
menunjukkanku kuasa-Nya, memperlihatkanku apa artinya menjadi manusia yang
sesungguhnya. Namun aku telah terbutakan oleh mimpi-mimpiku, aku telah terbuai
dengan duniaku dan aku telah lupa siapakah pemilik sebenarnya dari diriku dan
apa yang aku miliki. Hempasan ini begitu sakit dan teramat sakit serta perih,
seperti terjatuh dari tebing ketinggian dan begitu terjal.
Dan saat kutersadar dari dari kealpaanku, aku
tahu ini sebuah kesempatan untuk kembali menggapai mimpiku. Aku juga sadar saat
sebuah kesempatan telah diberikan, maka aku tidak boleh memiliki seribu alasan untuk
mengeluh atau aku akan menyesal nantinya. Karena aku tidak mau menjadi
pecundang, karena seorang pecundang tak lebih
dari seorang pengecut dan penakut. Tak ada pilihan lain selain bangkit
dan focus membuat jalan untuk meniti menuju ke jalan-Mu.
Perlahan kuhentikan laju mobilku di
halaman sebuah masjid dibilangan kebon jeruk, aku teriak sejadi-jadinya di
dalam mobil. Aku keluarkan semua kekesalanku, aku berjanji akan bisa bangkit kembali
menuju hangat pelukanMu dan kembali akan aku meniti jalanMu. Aku matikan mesin
mobilku dan aku turun masuk menuju ke masjid.
Aku ambil air wudhu yang terasa sangat
menyegarkan diri, pikiran dan hati aku yang sudah sangat penat. Setelahnya aku
masuk ke masjid dan aku sunnah serta sujud kepadaMu, sungguh-sungguh aku sangat
merindukan pelukanMu. Masih tergambar jelas dalam ingatanku, betapa dunia telah
membelengguku dan kemudian menghempaskanku. Auranya begitu kuat mengikat diri
dan hatiku, aku sangat-sangat menyesal dan benci akan belenggumu yang terasa
begitu Indah. Tawapun terasa hambar, lepaskan aku dari jeratmu dan enyahlah
dari sunyiku. Biarkan aku menjadi diriku tanpa harus dibayangi wajahmu, tubuhmu
seakan lekat dalam sunyiku dan dengan cara apa supaya kamu pergi dalam
halusinasiku. Dadaku bergemuruh sesak memburu nafasku, dan jantungku berdetak
tak beraturan.
Tak jauh dari tempatku terpekur, ada
seorang bapak-bapak berkata “Kita hanya perlu belajar dengan serius, agar kelak
kita bisa hadiahkan hasil kesungguhan kita pada mereka dan kita akan lihat
kebahagiaan mereka. Itu akan jauh lebih baik, dibandingkan kegelisahan kita dan
memikirkan sesuatu yang belum jelas atau focus adanya.” Kalimat itu benar-benar
mengusikku, siapakah bapak ini? Siapapun dia, terimakasih karena telah
mencambukku dengan sebuah kalimat yang mungkin akan selalu aku ingat.
Subhanallah… kembali Dia memperlihatkanku
betapa menyedihkannya orang-orang yang memiliki niat menjadi yang terbaik
dimata orang lain. Tentu akan sangat melelahkan dan merugikan diri kita,
melakukan sesuatu hanya demi manusia. Tentu dada akan terasa sesak, nyali akan
menciut dan rasa sakit serta air mata akan jatuh sia-sia, kita tidak akan
menghasilkan apa-apa dan menjadi siapa-siapa.
Berhentilah merengek, jadilah diri sendiri
dan mulailah membiasakan diri mendengarkan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan
serta berhentilah mendustai diri sendiri. Karena jika kita tidak bisa melakukan
itu semua, sangat memungkinkan akan menurunkan kepercayaan diri dan tekad kita
yang sesungguhnya terpancang kuat di nurani kita. Dengarkanlah nurani kita,
karena itu adalah anugerah terbesar dan detector terkuat dan tercanggih yang
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Wahai Engkau yang maha lembut hatiMu,
lapangkanlah dadaku atas segala kegundahan hatiku, kekasaran sifatku dan perangai
burukku. Karena aku tidak mau lagi kehilangan hangat pelukan-Mu dan aku tidak
ingin lagi berpaling dari-Mu.
Wahai Engkau yang maha Perkasa, kuatkanlah
hati dan nuraniku. Mohon kukuhkan nuraniku dari hal-hal yang menyesatkanku dan
melemahkanku, karena diriku terlalu lemah dan teramat kecil tanpaMu.
Astaghfirullah al-'Adheemal-ladhi la ilaha illa Huwal-Hayyul- Qayyum wa
atubu ilaih
No comments:
Post a Comment