sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

06 May 2014

Sunyi diantara Keramaian



Senja telah menghampiri dan haripun segera direngkuh malam, warna jingga mentari sore seolah lidah-lidah api dipandanganku. Aku laju mobilku menembus rapat dan ramainya jalur ibukota, yang sebentar lagi mungkin akan makin padat dan kemacetan akan menjadi pemandangan yang taka sing lagi setiap harinya. Dalam sejuknya AC di mobil aku putar music dengan begitu keras, entah sudah berapa lagu yang telah silih berganti dan tak satupun lagu itu terasa dan terdengar olehku. Pikiranku sedang tidak ada di diriku, hatiku sedang melayang entah kemana. Hanya satu hal yang aku tahu, aku bosan dan sudah sangat bosan dengan hingar-bingar serta hal-hal yang ada disekitarku. Kurasakan sunyi diantara keramaian....

Terasa begitu sunyi dan sepi, aku seperti tersingkirkan dari semua angan-angan dan mimpi-mimpiku. Dunia yang selama ini memanjakanku dengan impiannya, dunia yang selama ini begitu menjanjikan berjuta kebahagiaan, dunia yang selalu menyertaiku selama ini tiba-tiba mencampakkanku selayaknya kutu. Kemana semuanya? Kemana teman? Kemana sahabat? Mereka semua telah pergi, mereka memandangku dengan pandangan yang sinis dan jijik. Mereka seperti melihat kotoran atau gembel yang sudah bertahun-tahun tidak ketemu air dan sabun mandi.

Sebenarnya perlahan-lahan Dia telah menunjukkanku kuasa-Nya, memperlihatkanku apa artinya menjadi manusia yang sesungguhnya. Namun aku telah terbutakan oleh mimpi-mimpiku, aku telah terbuai dengan duniaku dan aku telah lupa siapakah pemilik sebenarnya dari diriku dan apa yang aku miliki. Hempasan ini begitu sakit dan teramat sakit serta perih, seperti terjatuh dari tebing ketinggian dan begitu terjal.

Dan saat kutersadar dari dari kealpaanku, aku tahu ini sebuah kesempatan untuk kembali menggapai mimpiku. Aku juga sadar saat sebuah kesempatan telah diberikan, maka aku tidak boleh memiliki seribu alasan untuk mengeluh atau aku akan menyesal nantinya. Karena aku tidak mau menjadi pecundang, karena seorang pecundang tak lebih  dari seorang pengecut dan penakut. Tak ada pilihan lain selain bangkit dan focus membuat jalan untuk meniti menuju ke jalan-Mu.

Perlahan kuhentikan laju mobilku di halaman sebuah masjid dibilangan kebon jeruk, aku teriak sejadi-jadinya di dalam mobil. Aku keluarkan semua kekesalanku, aku berjanji akan bisa bangkit kembali menuju hangat pelukanMu dan kembali akan aku meniti jalanMu. Aku matikan mesin mobilku dan aku turun masuk menuju ke masjid.

Aku ambil air wudhu yang terasa sangat menyegarkan diri, pikiran dan hati aku yang sudah sangat penat. Setelahnya aku masuk ke masjid dan aku sunnah serta sujud kepadaMu, sungguh-sungguh aku sangat merindukan pelukanMu. Masih tergambar jelas dalam ingatanku, betapa dunia telah membelengguku dan kemudian menghempaskanku. Auranya begitu kuat mengikat diri dan hatiku, aku sangat-sangat menyesal dan benci akan belenggumu yang terasa begitu Indah. Tawapun terasa hambar, lepaskan aku dari jeratmu dan enyahlah dari sunyiku. Biarkan aku menjadi diriku tanpa harus dibayangi wajahmu, tubuhmu seakan lekat dalam sunyiku dan dengan cara apa supaya kamu pergi dalam halusinasiku. Dadaku bergemuruh sesak memburu nafasku, dan jantungku berdetak tak beraturan.

Tak jauh dari tempatku terpekur, ada seorang bapak-bapak berkata “Kita hanya perlu belajar dengan serius, agar kelak kita bisa hadiahkan hasil kesungguhan kita pada mereka dan kita akan lihat kebahagiaan mereka. Itu akan jauh lebih baik, dibandingkan kegelisahan kita dan memikirkan sesuatu yang belum jelas atau focus adanya.” Kalimat itu benar-benar mengusikku, siapakah bapak ini? Siapapun dia, terimakasih karena telah mencambukku dengan sebuah kalimat yang mungkin akan selalu aku ingat.

Subhanallah… kembali Dia memperlihatkanku betapa menyedihkannya orang-orang yang memiliki niat menjadi yang terbaik dimata orang lain. Tentu akan sangat melelahkan dan merugikan diri kita, melakukan sesuatu hanya demi manusia. Tentu dada akan terasa sesak, nyali akan menciut dan rasa sakit serta air mata akan jatuh sia-sia, kita tidak akan menghasilkan apa-apa dan menjadi siapa-siapa.

Berhentilah merengek, jadilah diri sendiri dan mulailah membiasakan diri mendengarkan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan serta berhentilah mendustai diri sendiri. Karena jika kita tidak bisa melakukan itu semua, sangat memungkinkan akan menurunkan kepercayaan diri dan tekad kita yang sesungguhnya terpancang kuat di nurani kita. Dengarkanlah nurani kita, karena itu adalah anugerah terbesar dan detector terkuat dan tercanggih yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Wahai Engkau yang maha lembut hatiMu, lapangkanlah dadaku atas segala kegundahan hatiku, kekasaran sifatku dan perangai burukku. Karena aku tidak mau lagi kehilangan hangat pelukan-Mu dan aku tidak ingin lagi berpaling dari-Mu.

Wahai Engkau yang maha Perkasa, kuatkanlah hati dan nuraniku. Mohon kukuhkan nuraniku dari hal-hal yang menyesatkanku dan melemahkanku, karena diriku terlalu lemah dan teramat kecil tanpaMu.

Astaghfirullah al-'Adheemal-ladhi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum wa atubu ilaih

No comments: