sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

10 April 2014

Ketika Kerinduan dibalas Kemarahan

Cinta itu sederhana, cinta itu perhatian, cinta itu kasih, cinta itu kerinduan. Hal terbesar saat kita sedang bercinta dan mencintai adalah kerinduan saat pasangan kita tidak ada disisi kita. Namun apakah yang terjadi bila kerinduan itu dibalas kemarahan?

Jadi teringat cerita dengan si anjing kecil Roscoe :
 
Terkadang kita pulang ke rumah dan hari sudah gelap. Sepertinya anjing kita akan menerjang kita dengan energi yang jauh lebih besar, lebih besar dari kangen biasa ketika kita buka pintu belakang itu. Seandainya kita tahu, sepanjang hari tanpa kita, memori anjing dalam bentuk gambar slideshow satu demi satu terbayang di benak anjing: melihat kita naik tangga, membaca koran, membersihkan Honda, melakukan sesuatu di dapur, memakai sepatu. Tanpa kita, anjing akan mulai ber-interaktif dengan barang-barang yang berhubungan dengan kita: sepatu, koran, pakaian yang masih tergeletak di lantai waktu kita pergi tadi. Sebagai pemilik anjing, kita sering lupa kalau anjing itu sifatnya sangat terbuka dengan kepolosan yang ada.
Sebagai contoh, si Roscoe tidak mendapatkan tuannya dan rindunya tidak kepalang, minimal dia bisa menyatukan dirinya dengan barang-barang kita dengan memulai menggigit, mengunyah, malah menelan barang-barang yang masih memiliki bau/aroma kita untuk mencapai kepuasan 'bertemu' dengan tuannya. 

Setiap ada bunyi di balik pintu, dia akan selalu berpikir apakah itu tuannya. Menatap pintu itu dalam dalam dan akhirnya kecewa. Ketika mendengar ada suara tuannya di balik pintu itu dan dia dengan adrenalin yang begitu kuat siap menyambut (menerjang lebih tepat) tuannya dengan semangat dan energi yang besar, ternyata suara itu makin mengecil dan hilang dengan suara motor yang semakin menjauh. Hari pun gelap, tapi harapan bertemu tuannya tidak pernah sirna. Dan kali ini dia benar, pintu itu terbuka dan tuannya datang sambil memanggil namanya. Si Roscoe melompat, menerjang, melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan wajah tuannya untuk dijilat tanda sayang dan setia. Tapi tuannya merasa jijik dijilati dan melarang dengan marah. Terjangan si anakan Roscoe membuat tuannya tercakar dan sakit. Tuannya mundur beberapa langkah menghindar dan kemudian memarahi si Roscoe dengan keras. Hari demi hari, si Roscoe kecil dihukum semakin berat dan lebih berat. Pukulan menjadi lebih kencang dan hardikan menjadi sesuatu yang biasa dalam berkomunikasi dengan si anakan itu.

Nah, apa yang salah dengan gambar di atas? Emosi, harapan dari si kecil Roscoe tidak klop dengan apa yang dia bayangkan. Cinta yang mendatangkan luka. Kok bisa ya? Apa salah saya? Kapan kita main lagi? Tapi si kecil Roscoe tetap tidak akan menggadaikan cintanya. Hari demi hari cinta tersobek sedikit menjadi sepotong trauma, berubah menjadi takut, menjadi luka cinta yang mungkin tak terobati dalam waktu singkat. Perasaan salah menghantui bercampur rindu, sayang, dan ingin dekat terus dengan tuannya bukanlah hal yang mudah untuk seekor puppy yang baru di rumah kita.

Ketika kita melihat anjing kita selalu datang dengan kepala tunduk, malah kadang terkencing sedikit, lalu sedikit lagi, tapi dengan ekor yang bergoyang-goyang, ketika kita melihat anjing kita membuang kotoran tidak teratur setiap bertemu dengan kita. Artinya telah menjadi pemilik yang tidak baik dan mental anjing ini sudah rusak.

Apakah tindakan diatas bisa juga terjadi di diri kita atau pasangan kita? Apakah kita akan merubah rasa cinta itu menjadi luka? Seandainya kita ingat akan harapan sederhana saat kita diketemukan dalam cinta, adalah kenyamanan dan kehangatan.

*sumber :

No comments: