“Tidak
ada sebaik-baiknya daging dan bagian daging yang terbaik adalah lidah dan hati.
Sebaliknya juga, tidak ada bagian terburuk dari daging kecuali lidah dan hati
kalau dibuat untuk keburukan”
Dan
ketika muncul pertanyaan, bagaimana dan seperti apakah hati itu? Apakah hati
itu memiliki kemurnian dan kesamaan seperti ucapannya? Maka tebarkanlah garam
dan cuka kepadanya…
Yang
tahu isi hati dan kesungguhan hati seseorang adalah orang itu sendiri dan Allah
SWT, sebagaimana disebutkan dalam QS At-Taghaabun:4. Terus bagaimana untuk
mengetahui hal yang sebenarnya dari isi hati seseorang? Kadang kita sering
tertipu dengan sikap dan tutur lembut, yang kemudian dibelakangnya ternyata
tidak sesuai harapan kita.
Kesungguhan
hati itu akan terlihat saat dia berada pada posisi yang sangat tidak menyenangkan
bagi pemilik hati tersebut. Kita akan lihat keluasan dan kesungguhan hatinya,
bila dalam kondisi apapun dia tetap pada janji atau ucapannya.
Lidah
juga sebagai alat untuk melihat kesungguhan hati itu, karena lidah laksana pisau
yang sanggup mencabik dan melukai hati tersebut. Hati memang akan terluka oleh
cabikan lidah kita, namun bila memang dia sungguh-sungguh atas segala ucapan
dan janjinya, maka hati tersebut akan bisa meredam rasa sakit itu dan
mewujudkan apa yang sudah menjadi janji dan ucapannya.
Karena
dalam diri kita ada segenggam daging, dimana bila daging itu baik maka baiklah
seluruh bagian daging di dalam tubuh itu. Dan bila daging itu buruk dan rusak,
maka akan rusaklah seluruh bagian daging di dalam tibuh tersebut. Segenggam
daging itulah yang kita sebut hati.
Ibarat
air, tuangkan air putih pada sebuah gelas dan kasih sesendok garam dan
bagaimana rasanya? Air yang seharusnya menyegarkan, rasanya berubah menjadi
asin seperti garam. Namun bagaimanakah jika air itu ada disebuah telaga dan
kita taburkan segenggam garam, kemudian ambil air telaga itu dan rasakan.
Apakah rasanya? Tentu rasanya akan tetap segar… begitulah hati.
Disaat
ada kesungguhan didalamnya, maka akan ada keluasan dan kelapangan di ruang
hatinya. Hati yang seperti ini akan sanggup menghadapi hal yang sangat beraat
sekalipun dan tidak sesaat itu dia melepaskan atau merubah apa yang sudah
menjadi tujuannya.
Hati yang seluas telaga tidak akan ada rasa
takut atau mudah terpengaruh atas lingkungannya. Karena dia bergerak
berdasarkan keyakinannya, setiap langkahnya sudah memiliki dasar dan setiap
ucapannya adalah hal yang benar atas keyakinannya. Dia akan bisa menerima realita
terburuk dari sebuah kenyataan kehidupan.
No comments:
Post a Comment