Sepertinya
barusan saja aku tertidur, kenapa HP disebelahku sudah bergetar? Apakah emang
sudah pukul 3:30? Kulihat ternyata ada telepon masuk dari kode +43, sepertinya
penting dan segera aku angkat.
“Assalamu’alaikum
Om…” terdengar suara Jo dari seberang
“Wa’alaikum
salam Jo.. pake Om segala, ada apa Jo?”
“Memang
sudah jadi Om…” suaranya terdengar bahagia “Isha sudah lahiran, Alhamdulillah keduanya
sehat dan baik-baik saja. Bayinya laki-laki dan kini lagi ditangani oleh
suster, baru kira-kira 10 menit lalu lahirnya”
“Syukur
Alhamdulillah, semoga menjadi anak yang sholeh dan kelak menjadi pemimpin yang
besar serta selalu sayang dan patuh pada mama papanya pastinya ya Joo…” Tak
terasa air mata bahagiapun menetes mendengar kelahiran anak dari Jo dan Isha,
momongan yang sudah hampir 4 tahun mereka tunggu-tunggu. “Oh iya Jo… nanti Jo
dan Isha dipanggilnya apa niyy.. mama papa atau apa?
“Aamiin..
Apa saja Om, tapi Isha pengennya dipanggil Ayah dan Bunda… Tapi aneh juga kalo
disini dengan panggilan itu ya Om?!” Kami berduapun ketawa bareng.
“Maaf
Om, aku nelpon mau minta tolong sama dirimu.”
“Sebutin
aja Jo.. Minta tolong apaan siyy… pake minta maaf dan canggung-canggung segala.
Lagian panggil nama ajalah Jo, jadi aneh kalo kamu panggil aku dengan sebutan Om”
“Begini
Kyu.. Isha mau, kamu kasih nama buat bayi kami.”
“Kenapa
harus aku Jo? Khan semestinya kalian atau kamu yang memberi nama buat anak
kalian, karena anak adalah harapan dan mimpi kalian. Anak-anak itu akan menjadi
seperti apa, semuanya adalah mimpi dan harapan dari orang tuanya yang
disematkan dalam namanya. Karena nama itu adalah sebuah do’a, makanya berikan
nama yang baik pada bayi kalian.”
“Jo…
maaf, bukan aku gak mau membantu. Tapi Jo, kamu papanya.. kamu yang seharusnya
memberikan nama ke bayi kalian.”
“Ini
bukan cuma keinginan Isha kok Om… tapi aku juga ingin bayi kami, kamu yang beri
nama dan kami yakin kamu akan kasih nama yang baik buat bayi kami. Tolong ya Kyu..”
“Apa
ya Jo.. aku benar-benar tidak siap sebuah nama buat bayi kalian.” Sejenak aku
terdiam dan berpikir, nama apakah yang cocok buat keponakanku ini.
Tak
terasa kami hanya saling berdiam diri, sampai tiba-tiba Jo menegurku “Kamu
masih disana khan.. Kyu.. ”
“Masih
Jo… aku lagi bingung, nama apa yang baik buat bayi kalian yaa…”
“Bagaimana
kalo aku beri nama Ramadhan Ash Shiddiq Jo? Karena lahirnya di bulan Ramadhan, kau
tahu sendirilah makna dari bulan seribu bulan ini. Dan Ash Shiddiq adalah
kebenaran, semoga kelak dia menjadi pemimpin besar yang senan tiasa menjunjung
tinggi nilai-nilai keyakinan dan kebenaran ya Jo… Bagaimana Jo, kamu senang
dengan nama itu?”
“Subhanallah
Kyu… Nama yang bagus dan aku sangat suka Kyu. Aamiin, semoga Allah mendengarkan
pembicaraan kita dan kelak benar-benar Ramadhan menjadi pemimpin besar yang Utama
ya Om.. Panggilannya apa ya Kyu? Ramadhan atau Shiddiq.. ”
“Syukur
alhamdulillah kalo kamu senang dengan nama itu Jo.. Nama kecilnya Rasi ya Jo… yang
merupakan kumpulan bintang-bintang dilangit, dengan harapan kelak dia akan
membawa cahaya yang terang bagi kedua orang tua, keluarga dan lingkungannya.”
“Iya
Kyu.. aku akan sampaikan ke Isha, dia pasti akan sangat senang dan bahagia mengetahui
nama indah yang kau berikan buat bayi kami. Aku tutup dulu teleponnya ya Yu..
mau kabari mama papa kalo cucu mereka sudah lahir. Kami tunggu kedatanganmu di
sini untuk tengok si Rasi, karena lebaran ini kami sepertinya tidak bisa ke
Indonesia.”
“Iya
Jo.. silahkan, sampaikan salamku buat Isha dan Rasi.. Serta sampaikan maafku
juga buat Isha yang sempat tidak suka kalian datang Indonesia dengan kehamilan
Isha yang sudah besar.”
“Iya
Kyu, aku akan sampaikan ke Isha dan Rasi.. Kami tahu maksud kamu Kyu, maafin
kami yang masih selalu membuat kamu khawatir. Makasih ya Yu… Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam
Jo..”
Bunyi
tut tut tut.. telepon sudah terputus, jam di HP masih menunjukkan pukul 2:03 dan
baru aku terlelap 40 menit yang lalu, sepertinya masih ada waktu untuk memejamkan mata sampai
pukul 3:30.
No comments:
Post a Comment