sarikata

ketika sang waktu tidak lagi bersahabat, gunakan hati untuk bermain dengan hari

29 June 2014

generasi terabaikan



Setelah semalaman sampai dini hari merenung dan diskusi dengan sahabatku, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan aku kemudian pamit pulang.

Namun ada rasa enggan untuk langsung pulang dan ada perasaan rindu kepada teman, kakak, adik dan ponakan yang merupakan bagian dari generasi terabaikan. Mereka tinggal dilingkungan kumuh di bilangan Jakarta Pusat. Masih adakah saudara-saudaraku itu? Sudah lama sekali aku tidak mampir ke mereka, sudah lebih 2 tahun.

Kemana janji hatimu An? Itulah kalimat yang sontak tergiang di dalam pikiranku. Kemana janji yang akan merubah generasi terabaikan menjadi sebuah generasi tangguh, generasi cerdas dan generasi berbagi.

Mereka adalah generasi tangguh yang sanggup berkelana dalam sesak dan desakan realita. Mereka adalah generasi cerdas yang sanggup meneriakkan kebenaran dan tidak ada gumam kemunafikan. Bahkan teriakan mereka terdengar merdu bak lagu, karena alunan dan tangga nada mereka tidak memiliki tahta ataupun mahkota.

Teringat aku kalimat jujur seorang ibu muda,
“Mas, maafin aku yaa.. Mau tanya, apakah berdosa jika aku jual diriku karena aku dan anak-anakku lapar?”

“Mbak, kamu tidak usah takut.. Allah maha tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin aku dan orang-orang sepertiku yang berdosa, karena tidak bisa membantu dan membiarkan Mbak melakukan itu. Mbak seorang ibu, Mbak seorang pejuang, penyesalan dan istighfar Mbak pasti akan di dengar Allah.” jawabku

Apakah salah dia melacur? Jangan-jangan kitalah sang pelacur itu, karena kita masih mau berbuat apa saja demi dunia (harta, nama baik dan jabatan)

Untaian lagu kehidupan yang tidak akan kita dengar dan rasakan di lagu-lagu yang dijual di outlet-outlet music dan CD. Lagu yang sangat jujur, semua terlantun apa adanya dan sangat sederhana.

Bahkan lewat lagu tersebut mereka ungkapkan kesunyian mereka dalam keramaian. Dinding-dinding tebal yang dibangun menjulang tinggi disekitar mereka, seakan menghalangi dan menutup mereka dari kenikmatan yang ada dibaliknya. Mereka yang dibalik dindingpun seolah tidak peduli dan begitu egois akan kenikmatan itu.

Terlontar ucapan lugu dari peri kecilku,
“Om, kenapa kata ibu aku tidak boleh ke situ? (sambil dia tunjuk sebuah mall dan apartemen). Terus kenapa kok aku tidak mungkin seperti Om atau Tante (sambil dia berpikir), tante siapa Om? Aku yakin Om, suatu hari nanti aku bisa seperti Om dan Tante.. Khan tinggal sekolah yang pinter dan cepet besar ya Om…”

Aku tatap matanya yang bulat dan bersinar,
”Kamu pasti bisa sayang.. pasti bisa dan itu sangat mudah untuk jadi seperti Om dan Tante atau apapun yang kamu inginkan”
“Kamu ingin ke situ(mall dan apartemen)?”

Dia mengangguk tanda mengiyakan, akhirnya kami kesana.. Saya beserta 6 peri2 kecil (oki dan Nirmala)


Mereka adalah generasi terabaikan, akankah kita biarkan mereka kehilangan mimpinya? Akankah kita biarkan mereka selalu ketakutan untuk menapak hari esok? Akankah kita akan biarkan mereka selamanya berteman dengan lapar dan dahaga? Mereka hidup di negeri yang konon katanya subur dan tak layak mereka hanya akan menunggu kematian kemudian terkubur. (2806)

No comments: