Tuhan
penguasa hati, ijinkan aku tersenyum malam ini…
Jangan
biarkan air mataku ini terus mengalir…
Hentikanlah
linangan air mata ini dan jangan biarkan dia membasahi peraduanku..
Aku
ingin tetap merasakan keindahan ini, walaupun telah mati rasa untuk bahagia
Tuhan
penguasa hati, sembuhkanlah luka yang ada di hati ini
Jangan
biarkan air mata ini meluap dan berubah membiru menjadi air methanol
Saat
teriakan akan sakit yang ada di hati ini berubah menjadi percikan amarah
Amarah
karena ketidak berdayaan
Amarah
karena sakit yang sudah melampaui rasa sakit itu sendiri
Tuhan
penguasa hati, jangan biarkan kekecewaan ini melepaskan aumannya
Auman
yang menggelegar dan mengerikan…
Auman
amarah yang makin berkobar, karena linangan air mata yang tak kunjung redam
Amarah
yang akan menghilangkan semua kata maaf untuk mencari secuil alasan atas sebuah
pembenaran
Akupun
akhirnya hanya bisa diam, lebih kupilih diam dalam lelap
Kulelapkan
hatiku dalam malam, yang mungkin akan lebih baik dibandingkan amarah yang
menguras tenaga…
Namun
diam juga merupakan bagian yang jauh-jauh lebih mengerikan dibandingkan amarah
itu sendiri…
Karena
hati menyimpan luka, luka yang akan menggoreskan dendam
Karena
yang aku tahu hati tidak lebih kuat dari waktu
Entah
sampai kapan bisa aku simpan peledak yang siap menghancurkan segalanya
Namun
aku tidak ingin kalah, ini adalah tangisan atas amarah
Aku
tak ingin kalah oleh waktu, waktu yang bisa meredam segalanya dengan sempurna
Walapun
jujur, aku lelah
Tangisku
sudah menjadi amarah
Iyaa…
sebuah tangisan amarah
No comments:
Post a Comment